Fanatisme: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan |
Tidak ada ringkasan suntingan |
||
Baris 3:
Dalam konteks kehidupan sehari-hari, fanatisme juga berarti kesenangan yang berlebihan (tergila-gila, keranjingan). Sepenggal perjalanan kisah hidup [[Chairil Anwar]] adalah salah satu contoh saja. Dia lebih berat membeli buku [[sastra]] daripada membeli makanan untuk bertahan hidup, atau obat untuk menyembuhkan penyakit [[raja singa]] yang dideritanya. Lihat pula penggemar [[fanatik]] grup [[band]] [[Slank]] yang rela membentuk [[komunitas]] suka rusuh, lengkap dengan [[pengurus]] dan benderanya setiap distrik, meski tanpa bayaran. Dipastikan, mereka wajib hadir jika grup pujaannya melakukan konser di daerah mereka.
Fanatisme merupakan bentuk ekspresi berlebih-lebihan. Dukungan itu menutup kemungkinan-kemungkinan lainnya. Secara psikologis, fanatisme merupakan kecenderungan agresi. Akibatnya, proses keberpikirannya akan tertutup pada hal di luarnya. Apa yang dikagumi dipandang positif. Sebaliknya, di luar apa yang dikagumi, pada objek atau hal yang setara, menjadi buruk. Fanatisme identik mendekati kedangkalan.
Menurut kamus ilmiah populer, M Dahlan Al Barry, terbitan Arkola, Surabaya, “fanatik” adalah ortodoks, kolot, terlampau kuat memegang keyakinan lama sehingga sulit menerima ajaran baru. Sementara Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) mendefinisikan “fanatisme” sebagai suatu bentuk kepercayaan yang terlalu kuat terhadap ajaran. Bila ditelisik dari pembentukan katanya, “fanatisme” berasal dari bahasa latin, yakni fanaticus. Kata tersebut berarti kegilaan atau mabuk.
{{psikologi-stub}}
|