Ketidakkekalan (Buddhisme): Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
kTidak ada ringkasan suntingan |
|||
Baris 2:
'''Ketidak-kekalan''' ([[Pali]]: अनिच्चा ''anicca''; [[Sansekerta]]: अनित्य ''anitya''; [[Cina]]: 無常 [[Pinyin]]: ''wúcháng''; [[Bahasa Jepang|Jepang]]: 無常 [[Romaji]] ''mujō''; [[Bahasa Thailand|Thai]]: อนิจจัง anitchang) adalah salah-satu ajaran terpenting atau [[Tiga Corak Umum]] dalam [[Agama Buddha]]. Istilah ini menggambarkan pendapat Agama Buddha bahwa segala keberadaan yang berkondisi, tanpa pengecualian, berada dalam perubahan terus menerus.
==
Menurut ajaran ketidak-kekalan, tubuh manusia mengalami perubahan terus menerus dalam proses penambahan usia, lingkaran lahir dan kelahiran kembali ([[samsara]]), dan pada kesempatan tertentu akan kematian. Hal ini mencakup seluruh mahluk hidup dan lingkungan mereka termasuk dewa-dewi. [[Sang Buddha]] mengajarkan bahwa semua gejala yang bersyarat tidaklah kekal, keterikatan akan hal ini menjadi penyebab akan penderitaan ([[dukkha]]) dimasa mendatang.
|