Bahan bakar etanol: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Baris 64:
[[File:UsinaSantaElisa.jpg|thumb|right|Pabrik etanol di Sertãozinho, Brazil.]]
Jika etanol ingin digunakan sebagai bahan bakar, maka sebagian besar kandungan airnya harus dihilangkan dengan cara [[distilasi]]. Tingkat kemurnian etanol setelah didistilasi masih sekitar 95-96%. (masih ada kandungan airnya 3-4%). Campuran ini dinamakan etanol hidrat dan bisa digunakan sebagai bahan bakar, tapi tidak bisa dicampur sama sekali dengan bensin. Jadi, biasanya kandungan air dalam etanol hidrat dibuang habis terlebih dahulu dengan pengolahan lainnya sehingga baru bisa dicampurkan dengan bensin.<ref name=DSATC>{{cite web|url=http://www.epiphergy.com/uploads/Brazil_Hydrous_Ethanol.pdf |title= Gasoline C made with Hydrous Ethanol in Brazil |date=2008-07-30|publisher=Delphi South America Technical Center – Brazil}}</ref>
 
===Dehidrasi===
Pada dasarnya ada 5 tahap proses dehidrasi untuk membuang kandungan air dalam campuran etanol [[azeotropik]] (etanol 95-96%). Proses yang pertama, yang sudah digunakan di banyak pabrik etanol sejak dulu, adalah proses yang disebut [[distilasi azeotropik]]. Distilasi azeotropik dilakukan dengan cara menambahkan [[benzena]] atau [[sikloheksana]] ke dalam campuran. Ketika zat ini ditambahkan, maka akan membentuk campuran azeotropik heterogen. Hasil akhirnya nanti adalah etanol anhidrat dan campuran uap dari air dan sikloheksana/benzena. Ketika dikondensasi, uap ini akan menjadi cairan. Metode lama lainnya yang digunakan adalah [[distilasi ekstraktif]]. Metode ini digunakan dengan cara menambahkan komponen terner dalam etanol hidrat sehingga akan meningkatkan ketidakstabilan relatif etanol tersebut. Ketika campuran terner ini nantinya didistilasi, maka akan menghasilkan etanol anhidrat.
 
==Teknologi==