Banturejo, Ngantang, Malang: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 16:
 
'''SEJARAH'''
 
Desa ini didirikan oleh Raden Kyiai Poncoreno, salah seorang ahli waris kerajaan Mataram, yang juga penasihat spiritual [[Pangeran Diponegoro]] yang melarikan diri dari kejaran prajurit [[Belanda]]. Pada awalnya, Banturejo yang merupakan wilayah lereng gunung Kelud, dianggap Raden Poncoreno sebagai daerah yang strategis untuk bersembunyi. Di sela-sela persembunyian beliau, banyak warga masyarakat di wilayah Ngantang yang mendatangi beliau untuk ''Ngangsu Kaweruh'' atau sekedar minta nasihat. Akhirnya, dengan berjalannya waktu dan semakin banyaknya warga masyarakat di Ngantang yang datang dan ''nyantri'' kepada beliau, Raden Kyiai Poncoreno semakin terkenal di wilayah Malang Barat.
 
Inilah yang oleh beberapa ahli sejarah dianggap sebagai asal-usul dusun Banu, desa Banturejo. Wilayah dimana Raden Kyiai Poncoreno, datang, melihat, dan membangun tatanan masyarakat yang majemuk dan madani. ''Mbah No'', kata sapaan untuk beliau yang merupakan representasi sebuah penghormatan untuk kedalaman ilmu, kearifan jiwa dan kebijaksanaan hati ini, akhirnya menjadi nama daerah dimana beliau tinggal dan membangun padepokan, MBANU atau BANU.
Walaupun beliau seringkali menjadi tokoh dan ahli spirituil yang mumpuni, baik dalam hal kehidupan bermasyarakat, maupun dalam kehidupan beragama, khususnya Islam, namun beliau tetap rendah hati. Walaupun beliau merupakan salah satu penyebar Islam di wilayah Ngantang Selatan (Kidul Konto), namun beliau tetap menghargai perbedaan keyakinan setiap masyarakat dan penduduk sekitar. Semangat toleransi inilah yang diturunkan dan diajarkan Mbah No, yang mana hingga saat ini tetap dipegang teguh masyarakat Banturejo, dan Banu pada umumnya. Hal ini dibuktikan dengan keberagaman aliran dan agama di wilayah Banu yang secara geografis tidak terlalu besar bila dibandingkan dengan dusun-dusun yang lain. Di dusun Banu, berdiri 4 masjid. Masjid tertua dan terbesar ini merupakan masjid jami'/masjid Agung di wilayah Banu adalah Masjid Baitus Salam. Masjid yang dibangun di era akhir abad 19 ini, dahulu merupakan basis penyebaran agama islam di wilayah Banturejo dan sekitarnya. Karena pendirian Masjid jami' ini juga untuk padepokan pengajaran agama Islam, masjid jami' ini dibangun di wilayah yang tenang dan tidak terganggu hiruk pikuk jalan raya. Masjid ini berdiri di tengah-tengah kampung Banu, tepatnya di sekitar depan Balai desa Banturejo.
Baris 31 ⟶ 32:
 
'''KONDISI MASYARAKAT'''
 
Di bagian pinggir desa ini tepatnya di lereng bukit yang membendung [[waduk Selorejo]] terdapat juga sebuah [[makam]] yang dikenal sebagai Makam Putri Kleting Kuning, yang konon merupakan [[istri]] dari [[Trunojoyo]]. Namun ada juga yang beranggapan jika makam yang membujur ke arah timur (adat pemakaman membujur ke utara, red) tersebut adalah makam Trunojoyo sendiri. Selain itu, di desa Banturejo juga terdapat Radio Komunitas yang menjadi pioner radio komunitas di wilayah Malang Barat, yang meliputi Kecamatan Pujon, Ngantang dan Kasembon. Radio dengan gelombang 92,1 MhZ tersebut bernama [[SURYA FM]]. Radio FM Stereo ini juga merupakan mitra resmi instansi pemerintahan dan aparatur keamanan (Polsek atau Koramil) di wilayah Ngantang. Selain itu, radio ini juga merupakan official media patner dari Kappala, Jangkar Kelud, dan beberapa instansi swasta di kecamatan Ngantang, seperti Taman Wisata Bendungan Selorejo, Balai Pengobatan KUSUMA HUSADA, KUD Sumber Makmur Ngantang, Biogas Rumah "Kusuma Biru" CPO Ngantang, Padepokan Cahaya Illahi, PJTKI dan beberapa instansi lainnya.