Ciherang, Dramaga, Bogor: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan |
|||
Baris 1:
{{rapikan}}:''Untuk tempat lain yang bernama sama, silakan lihat [[Ciherang]]''▼
▲:''Untuk tempat lain yang bernama sama, silakan lihat [[Ciherang]]''
{{desa
|peta =
Baris 16 ⟶ 15:
== Transportasi ==
Dari pusat Kota Bogor, orang bisa menempuh angkutan bernomor 03 jurusan dari terminal Baranangsiang menuju terminal Bubulak atau angkutan kota bernomor 02 tujuan sukasari menuju laladon Pada tahun 2007, ongkos per orang dengan angkutan ini Rp
Pada tahun 1990-an, waktu tempuh dari pusat kota Bogor menuju desa Ciherang sekitar 25 menit karena jumlah angkutan masih sedikit dan jalan tidak terlalu macet. Kemacetan biasanya hanya terjadi di Pasar Gunung Batu, sekitar 7 kilometer dari Desa Ciherang. Namun di pagi hari, kemacetan tersebut kadang kala membuat mobil dari sejak daerah Loji atau sekitar tiga kilometer dari pasar bergerak lamban.
Baris 26 ⟶ 25:
Pekerja dan pelajar yang memiliki rumah jauh dari Stanplas biasanya menyetop mobil yang menuju Stanplas. Lalu ikut balik lagi menuju Kota Bogor melalui tempat mereka menyetop sebelumnya. Sebab jika tidak demikian, sulit mendapatkan angkutan kosong dari Stanplas. Ada juga yang memilih berjalan kaki menuju Jalan raya Dramaga karena di sana terdapat lebih banyak pilihan angkutan umum dari trayek Petir, Cibeureum, kampus Dalam, Ciampea, Jasinga, dan Leuwiliang yang semuanya menuju pusat Kota Bogor.
Mereka yang berjalan biasanya menempuh jalur aspal melintasi berbagai kampung. dari Stanplas berturut-turut ada Kampung Gang Comel, Kampung Kidul, Kampung Ciherang Listrik, Kampung Gonggo, Kampung Tegal Loceng tempat latihan olahraga sekolahku majas, Pasar Dramaga, SDN Margajaya 1, dan Caringin rumah temenku. banyak orang memilih jalan pintas menyebrang jembatan di atas sungai, di belakang Asrama Gilang kencana IPB. Di belakang asrama ini terdapat sebuah derah bernama tegal Loceng, berupa tegalan atau lapangan berumput dan ada menara lonceng warisan Belanda berdiri di sana. Orang-orang zaman dahulu mengatakan lonceng tersebut berfungsi sebagai jam. Sebab pada jam-jam tertentu, pemerintah Kolonial Belanda membunyikannya, entah apa tujuannya. Tegalannya sendiri sering dipakai latihan perang sekitar tahun 1950-an.
Jalan aspal di Ciherang selalu diperbaiki, namun lebih sering tampak berlubang-lubang parah lagi beberapa bulan setelah perbaikan, terutama sepanjang Jalan di dekat Pasar Dramaga. Pasar ini dulu lebih dikenal sebagai pasar Jumat. Kini pasar tersebut lebih semrawut karena di pertigaannya dikepung oleh berbagai toko dan pedagang kaki lima. padahal sekitar tahun 2000-an, ruko di seberang jalan menuju Desa Petir hanyalah rumah tinggal yang asri. Namun kini sudah menjadi ruko beras, warung telekomunikasi, penjaja buah, warung nasi, dan klinik dokter. Akibatnya seringkali arus angkutan terhenti karena kemacetan orang dan manusia.
di sana ada seorang warga yang bernama dimas syam adzanio, dia adalah warga teladan yang suka ngupil.
|