Sastra eksil Indonesia: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
WL8 Wikan (bicara | kontrib)
menambah data dan referensi
WL8 Wikan (bicara | kontrib)
menambah data dan referensi
Baris 14:
Sastra eksil bukan satu aliran, tetapi sebagai suatu kekhususan akibat peristiwa sejarah.<ref name="sastraeksil"/> Salah satu kekhususan kehidupan seniman eksil adalah kejiwaannya yang mengalami trauma akibat peristiwa politik.<ref name="sastraeksil"/> Keterpisahan berlarut-larut dengan negeri asal membuat mereka terombang-ambing antara dendam dan nostalgia, antara ilusi dan loyalitas.<ref name="sastraeksil"/> Bagi pada seniman dan sastrawan, pergulatan emosi itu muncul dalam bentuk puisi, yang ditulis bukan hanya oleh penyair.<ref name="sastraeksil"/> Banyak pelukis eksil yang kemudian membuat puisi, dan muncul penyair baru yang usianya sudah mendekati usia pensiun. Menulis puisi menjadi kebutuhan para seniman eksil.<ref name="sastraeksil"/>
 
Beberapa seniman yang tercatat sebagai penulis eksil, antara lain:
* A. Kembara<ref name="sastraeksil"/>
* A. Kohar Ibrahim<ref name="sastraeksil"/>
* A. Kembara
* Agam Wispi<ref name="sastraeksil"/>
* A. Kohar Ibrahim
* Alan Hogeland<ref name="sastraeksil"/>
* Agam Wispi
* Asahan Alham<ref name="sastraeksil"/>
* Alan Hogeland
* Asahan Alham
* Astama<ref name="sastraeksil4">{{id}} McGlynn, John dan Ibrahim, A. Kohar(ed). ''Menagerie 6'', Lontar, 2004, ISBN 979-8083-52-0</ref>
* Chalik Hamid<ref name="sastraeksil"/>
* Hersri Setiawan<ref name="sastraeksil"/>
* J. Sura<ref name="sastraeksil4"/>
* Kuslan Budiman<ref name="sastraeksil"/>
* Magusig O. Bungai<ref name="sastraeksil"/>
* Mawie Ananta Jonie<ref name="sastraeksil"/>
* Nurdiana<ref name="sastraeksil"/>
* Rondang Erlina Marpaung<ref name="sastraeksil4"/>
* Sobron Aidit
* Sobron Aidit<ref name="sastraeksil"/>
* Soeprijadi Tomodihardjo<ref name="sastraeksil"/>
* Satyadharma
* Satyadharma<ref name="sastraeksil"/>
* Z. Afif
* Utuy Tatang Sontani<ref name="sastraeksil3"/>
* Z. Afif<ref name="sastraeksil"/>