Aksara: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
WikitanvirBot (bicara | kontrib)
k r2.7.1) (bot Menambah: lv:Rakstība
Kenrick95Bot (bicara | kontrib)
k Bot: Penggantian teks otomatis (-di masa +pada masa)
Baris 33:
Pada masa dahulu cara pengawetan sesuatu bahan belum dikenal, satu-satunya upaya kearah itu disalin kembali, namun teknik penyalinan kembali lebih sering dilakukan pada sejumlah naskah pada daun tal ([[rontal]]), atau [[daluwang]] semacam lembaran kertas atau bahan yang diolah dari kulit pohon tertentu, Berbeda dengan negeri [[Cina]], aksara dituliskan dengan menggunakan kwas dengan cara disapukan setelah dicelupkan pada cairan berwarna pekat (semacam tinta). Tentu saja hasilnya jauh berbeda, betapapun hasil goresan berkesan lebih nampak jikalau dibandingkan hasil sapuan, karena aksara yang digoreskan akan menampakkan jejak-tekan berbekas dalam dan terasa manakala diraba dan tidak memerlukan pewarna (tinta) seperti yang dihasilkan oleh sapuan kwas. Menggores atau memahat aksara dengan alat memang jauh lebih rumit, memerlukan keahlian dan ketrampilan dengan ketekunan khusus, hasil latihan dan kebiasaan (secara terus-menerus).
 
Oleh karena itu dipada masa lampau untuk menggoreskan aksara atau memahat suatu aksara (naskah karyasastra atau prasasti) dipegang oleh ahli pemahat aksara yang disebut citralekha. Istilah pinjaman dari bahasa Sanskerta dari kata citra = clear, bright, distinguished given to image in round with all limbs completely worked out and shown; sedangkan lekha-laikhani = instrument for writing, reed pen, pencil (Sircar 1965). Maka itu hasil yang digoreskan atau uang pahatan aksara yang berkembang pada [[masa klasik]] bentuknya lebih dapat digolongkan sebagai karyaseni kebudayaan menampilkan kekhasan atau keunikan jejak bekas tersendiri. Tentu saja setiap aksara tidak pula ter-lepas dari gaya dan tekanan pahatan yang nampak pada bagian-bagian teks aksara dicirikan oleh tebal, tipis, dengan posisi tubuh aksara tegak, agak tegak, dan miring, ataupun bentuk yang persegi, bulat, pipih memanjang, melebar, tambun, dan kokoh tegak.
 
Hasil pahatan mencerminkan kualitas pengetahuan dan pengalaman empiris pendukung budaya yang mewakili individu atau kelompok masyarakat, suku bangsa, negara atau pemerintahan tertentu sesuai zaman. Karena ternyata khasanah ciri dari bentuk aksara yang berdampak pada vokalisasi atau tanda yang membunyikan aksara sehingga aksara “mati” (konsonan) hidup manakala dibubuhi tanda aksara “hidup” (vokal).
Baris 241:
Lukisan gambar tersebut ada yang dipahatkan secara disemprot sesuatu cairan berwarna (negatif), dicap (positif ) dan digores (dipahat). Sebagian besar tema dipilih mengandung unsur kognitif dan erat kaitannya dengan unsur-unsur kesuburan, persatuan antar sesama, keselarasan dan keseimbangan dengan alam dan Sang Cipta.
 
Tiada lain gambar atau lukisan adalah visualisasi verbal dalam upaya komunikasi ke generasi sesudahnya diungkapan melalui sentuhan estetika oleh seniman zamannya. Nyata pula bahwa yang digambarkannya bukan sesuatu yang ganjil hal-hal atau objek di luar gagasan masyarakatnya sebagai pendukung budaya. Pengalaman di lingkungan sehari-hari yang dialami secara empiris telah melahirkan gagasan yang dituangkan kepada motif-motif lukisan secara langsung dimengerti dan dipahami oleh keturunannya dipada masa kemudian sebagai bagian kebudayaanya. Dengan demikan lukisan cadas adalah juga alat transformasi yang tiada berbeda peran dan fungsinya dengan bahasa. Gambar atau lukisan dengan anekaragam motif-motifnya merupakan bukti paling awal yang menunjukkan telah disepakati cara komunikasi yang mampu menjalin interaksi di antara sesama.
 
Nyata bahwa masyarakat yang konon “tidak mengenal budaya tulis” itu justru yang mendasari kemampuan di dalam upaya menyampaikan pengetahuan tentang realitas yang tersimpan di dalam gagasan, selanjutnya dituangkan melalui lukisan-lukisan cadas sehingga merasakan maknanya dan terbukti komunikatif melampaui kurun waktu berabad-abad.
Baris 265:
Aksara adalah seni yang merupakan bagian dari sejarah kesenian bahwa seni adalah kegiatan yang terjadi oleh proses “cipta-rasa-karsa” tidak sama tetapi tidak seluruhnya berbeda dengan science dan teknologi, maka cipta dalam bidang kesenian mengandung pengertian terpadu antara kreativitas (invention) dan inovasi yang sangat dipengaruhi oleh rasa (emotion, feeling) (Bandem 1981; Sedyawati 1994) Namun logika, daya nalar, mengimbangi emosi dari waktu ke waktu dan kadang-kadang dalam kadar cukup tinggi; rasa, timbul karena dorongan kehendak naluri yang disebut karsa; tetapi karsa bersifat personal atau kolektif, tergantung dari lingkungan.
 
Kesenian berkaitan dengan bahasa, organisasi sosial, sistem ekonomi, sistem teknologi, sistem kepercayaan dan sistem pengetahuan. Penampilan ekspresif kesenian yang berhubungan erat dengan kebudayaan adalah aksara yang dipada masa lalu dinyatakan melalui alat gores, alat pahat atau dengan gambaran-gambaran tertentu. Aksara sebagai salah sebuah karyaseni berkembang selaras kreativitas zaman, sehingga tiap-tiap jenis dan gaya aksara tampak memiliki keunikan zaman dimana individu/kelompok masyarakat pemangku budaya itu hidup.
 
== Lihat pula ==