Sejarah Paser: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
k Bot: Penggantian teks otomatis (-personil +personel) |
k Bot: Penggantian teks otomatis (-di masa +pada masa) |
||
Baris 275:
Dalam bidang keamanan di darat, Sultan Aji Sepuh Alamsyah mendatangkan 50 ekor kuda dari Sumbawa disertai beberapa pucuk senapang dari Pedang, menyebabkan senapang sudah mulai diperjualbelikan secara gelap, para pandai besi meniru pembuatan senapang yang dinamakan senapang ber-ujak. Pengangkut barang-barang yang cukup berat, digunakan kerbau sebagai alat angkut yang dikawal pasukan berkuda. Sistem pengawalan ini lazim dipakai pada masa lampau. Mengingat terbatasnya sarana pengangkutan darat, ditambah lagi keamanan yang selalu rawan, para pengangkut membawa barang-barang dari pedalaman ke pelabuhan dan sebaliknya dari pelabuhan ke pedalaman. Hasil hasil hutan di pedalaman, diangkut ke tepi-tepi sungai, sehingga kuantitas barang semakin bertambah, apalagi pengangkutan rotan, damar yang cukup memakan tenaga.
Masa pemerintahan Sultan Sepuh Alamsyah ditandai dengan kedatangan rombongan Bugis Wajo, dipimpin Andi Sibengngareng, kedatangan rombongan tersebut disambut dengan upacara adat Paser. Rombongan Andi Sibengngareng disediakan wisma untuk menginap lengkap dengan para pelayan lelaki dan perempuan, sesudah beberapa hari kemudian Andi Sibengngareng kembali ke Wajo. Beberapa bulan masa berlalu datang Andi Madukkeleng bersama permaisurinya Andi Abeng, untuk melamar Putri Aji Doyah. Semula agak ragu untuk mengawinkan Andi Sibengngareng dengan anak Sultan Paser mengingat peristiwa yang terjadi
Petta Colla Lowa sebagai juru bicara sekaligus ketua rombongan, dengan secara resmi melamar Putri Aji Doyah atas nama Andi Sibengngareng anak Andi Madukkeleng. Singkat cerita Sultan Aji Sepuh Alamsyah bersama keluarga menerima lamaran atas putri mereka. Mahar diputuskan 40 ringgit emas, 40 ringgit perak, 7 budak lelaki dan 7 budak perempuan.
|