Sufisme: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
k Kesenian Cirebon
Baris 51:
 
=== Paham kesatuan wujud ===
Paham kesatuan wujud adalah paham yang dibawa oleh Ibnu Arabi pada abad ke-3 Hijriah. Tokoh-tokohnya antara lain adalah Ibnu Arabi, Mansur al Hallaj, dan Jalaludin Rumi. Paham ini ditolak oleh Al Ghazali dan Ibnu Taymiah.
 
*** Sekilas Paham Tasawuf [[al-Banjari]] [[http://naskahcirebon.blogspot.com]]***
 
Menurut [[al-Banjari]], kaum [[wujudiyyah]] (orang-orang yang memahami tentang wahdatul wujud) itu ada dua golongan: [[wujudiyyah mulhid]] dan [[wujudiyyah muwahhid]]. [[wujudiyyah mulhid]] termasuk golongan yang sesat lagi [[zindiq]]. [[Wujudiyyah muwahhid]], menurut dia, “yaitu segala ahli sufi yang sebenarnya”, mereka dinamakan kaum [[wujudiyyah]] ”karena bicaranya dan perkataannya dan itikadnya itu pada wujud [[Allah]]”. Ia tidak menjelaskan isi ajaran mereka, tetapi sebagai lawan dari [[wujudiyyah mulhid]] tadi, [[wujudiyyah muwahhid]] tentu tidak menganggap bahwa [[Allah]] tidak “tiada maujud melainkan di dalam kandungan wujud segala makhluk”, atau “bahwa [[Allah]] itu ketahuan zat (esensi)-Nya nyata kaifiat-Nya dari pada pihak ada. Ia waujud pada kharij dan pada [[zaman]] dan [[makan]]”, dan tidak pula membenarkan pernyataan-pernyataan seumpama “tiada wujudku, hanya wujud [[Allah]]”, dan sebagainya, yang mencerminkan pandagan [[wujudiyyah mulhid]] itu. Keterangan [[al-Banjari]] mengenai ajaran kaum [[wujudiyyah mulhid]] itu kelihatan sangat mirip dengan keterangan [[ar-Raniri]], yang dalam abad sebelumnya menyanggah penganut-penganut di [[Aceh]].
 
Berdasarkan penjelasan ini, pada dasarnya sama dengan ajaran [[wahdah al-wujud]] [[Ibnu Arabi]]. Ajaran ini juga memandang alam semesta ini sebagai penampakan lahir [[Allah]] dalam arti bahwa [[wujud yang hakiki]] hanya [[Allah]] saja -alam semesta ini hanya bayangan- bayang-Nya. Dari satu segi, ajaran ini kelihatan sama dengan ajaran [[tauhid]] tngkat tertinggi. Kedua ajaran itu memandang bahwa [[wujud yang hakiki]] hanya satu-[[Allah]], tetapi dari lain segi [[wujudiyyah muwahhid]] dan [[wihdah al-wujud]] ini tidak sama dengan pandangan “bahwa yang ada hanya [[Allah]]” dalam ajaran yang terakhir ini hanya tercapai dalam keadaan yang disebut [[fana]], yakni terhapunya kesadaran akan wujud yang lain, sedang dalam ajaran [[wihdah al-wujud]], pandangan tersebut kelihatan sebagai hasil penafsiran atas [[fenomena alam]] yang serba majemuk ini.
 
Di samping itu, pandangan [[tauhid]] tingkat tertinggi itu, nampaknya didasarkan atas asumsi bahwa esensi [[Allah]] yang mutlak itu dapat dikenali secara langsung, tanpa melalui penampakan lahir-Nya, asumsi ini dibantah oleh [[Ibnu Arabi]], karena menurut dia [[Allah]] hanya bisa dikenal melalui nama-nama dan sifat-sifat-Nya. ([[Naskah Klasik]] [[http://naskahcirebon.blogspot.com]] Keagamaan Nusantara I Cerminan [[Budaya]] [[Bangsa]], [[Departemen Agama RI]], [[Badan Litbang Agama dan Diklat Keagamaan]], [[Puslitbang Lektur Keagamaan]], 2005: 49-50). [[http://naskahcirebon.blogspot.com]]
 
== Kekuatan tasawuf ==