Kampung Jawa, Tondano Utara, Minahasa: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Djoko Sanudin (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Djoko Sanudin (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 11:
|kepadatan=
}}
 
[[File:Masjid-jaton.jpg|thumb|Jawa Tondano]]
'''Kampung Jawa''' disebut juga ''Kampung Jawa Tondano'', merupakan salah satu [[kelurahan]] yang berada di kecamatan [[Tondano Utara, Minahasa|Tondano Utara]], [[Kabupaten Minahasa]], provinsi [[Sulawesi Utara]], [[Indonesia]]. Tempat ini berada di sebelah utara [[Danau Tondano]] dan berjarak sekitar 65 km arah selatan dari [[kota Manado]] sekitar 90 menit perjalanan menggunakan mobil, atau berjarak 2 km dari [[kota Tondano]]. dengan populasi yang semuanya [[Muslim]].
[[File:Masjid-jaton.jpg|thumb600px|center|Jawa Tondano]]
 
== Sejarah ==
[[Berkas:Photo Kyai Modjo.jpg|thumb|150px|left|Kyai Modjo]]
Berawal dari ditangkapnya [[Kyai Modjo]] yang merupakan Penasehat Agama sekaligus Panglima perang dari [[Pangeran Diponegoro]] pada [[Perang Jawa]] (1825-1830), pada 1828. kemudian dibawa ke Batavia, selanjutanya [[Kyai Modjo]] dan 63 orang pengikutnya diasingkan [[Belanda]] sebagai [[tahanan politik]] ke [[Minahasa]] [[Sulawesi Utara]]. Kyai Mojo tiba di Tondano pada tahun [[1829]] hingga meninggal di sana pada tanggal [[20 Desember]] [[1848]] dalam usia 84 tahun. Kecuali Kyai Mojo, semua pengikutnya (semuanya [[pria]] [[suku Jawa|Jawa]]) menikahi wanita asli Tondano dan keturunan mereka mendiami kampung yang saat ini dikenal dengan Kampung Jawa Tondano. Selain Rombongan [[Kyai Modjo]], ada juga Rombongan atau tokoh tokoh lain yang diasingkan ke Tondano oleh [[Belanda]] setelah rombongan [[Kyai Modjo]] berada di Tondano. diantaranya dari [[Sumatera]], [[Jawa]], [[Kalimantan]] dan [[Maluku]] [[File:Photo Kyai Modjo.jpg|thumb|Kyai Modjo]]
 
Berawal dari ditangkapnya [[Kyai Modjo]] yang merupakan Penasehat Agama sekaligus Panglima perang dari [[Pangeran Diponegoro]] pada [[Perang Jawa]] (1825-1830), pada 1828. kemudian dibawa ke Batavia, selanjutanya [[Kyai Modjo]] dan 63 orang pengikutnya diasingkan [[Belanda]] sebagai [[tahanan politik]] ke [[Minahasa]] [[Sulawesi Utara]]. Kyai Mojo tiba di Tondano pada tahun [[1829]] hingga meninggal di sana pada tanggal [[20 Desember]] [[1848]] dalam usia 84 tahun. Kecuali Kyai Mojo, semua pengikutnya (semuanya [[pria]] [[suku Jawa|Jawa]]) menikahi wanita asli Tondano dan keturunan mereka mendiami kampung yang saat ini dikenal dengan Kampung Jawa Tondano. Selain Rombongan [[Kyai Modjo]], ada juga Rombongan atau tokoh tokoh lain yang diasingkan ke Tondano oleh [[Belanda]] setelah rombongan [[Kyai Modjo]] berada di Tondano. diantaranya dari [[Sumatera]], [[Jawa]], [[Kalimantan]] dan [[Maluku]] [[File:Photo Kyai Modjo.jpg|thumb|Kyai Modjo]]
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
== Etnis ==
Penduduk Kampung Jawa Tondano sendiri adalah merupakan Etnis Baru percampuran [[Suku Jawa]], Suku Sumatera ( [[Palembang]], [[Aceh]] ), [[Suku Banjar]], [[Suku Arab]] dengan [[Suku Minahasa]]. Percampuran Etnis ini mempengaruhi [[Budaya]] dan [[Kesenian]] di Jawa Tondano.
 
== Penyebaran ==