Sejarah nama Indonesia: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
k ←Membatalkan revisi 5174043 oleh 114.79.50.44 (Bicara): diragukan |
|||
Baris 14:
[[Eduard Douwes Dekker]] ([[1820]]-[[1887]]), yang dikenal dengan nama samaran ''Multatuli'', pernah memakai nama yang spesifik untuk menyebutkan kepulauan Indonesia, yaitu "'''Insulinde'''", yang artinya juga "Kepulauan Hindia" (dalam [[bahasa Latin]] "''insula''" berarti pulau). Nama "Insulinde" ini selanjutnya kurang populer, walau pernah menjadi nama surat kabar dan organisasi pergerakan di awal [[abad ke-20]].
== Nama Indonesia ==
== Nama Indonesia == Pada tahun [[1847]] di [[Singapura]] terbit sebuah majalah ilmiah tahunan, ''[[Journal of the Indian Archipelago and Eastern Asia]]'' (JIAEA, [[Bahasa Indonesia|BI]]: "Jurnal Kepulauan Hindia dan Asia Timur")), yang dikelola oleh [[James Richardson Logan]] ([[1819]]-[[1869]]), seorang [[Skotlandia]] yang meraih sarjana [[hukum]] dari [[Universitas Edinburgh]]. Kemudian pada tahun [[1849]] seorang ahli etnologi bangsa [[Inggris]], [[George Samuel Windsor Earl]] ([[1813]]-[[1865]]), menggabungkan diri sebagai redaksi [[majalah]] JIAEA. Dalam '''JIAEA''' volume IV tahun [[1850]], halaman 66-74, Earl menulis artikel ''On the Leading Characteristics of the Papuan, Australian and Malay-Polynesian Nations'' ("Pada Karakteristik Terkemuka dari Bangsa-bangsa Papua, Australia dan Melayu-Polinesia"). Dalam artikelnya itu Earl menegaskan bahwa sudah tiba saatnya bagi penduduk Kepulauan Hindia atau Kepulauan Melayu untuk memiliki nama khas (''a distinctive name''), sebab nama Hindia tidaklah tepat dan sering rancu dengan penyebutan India yang lain. Earl mengajukan dua pilihan nama: '''Indunesia''' atau '''Malayunesia''' ("''nesos''" dalam [[bahasa Yunani]] berarti "[[pulau]]"). Pada halaman 71 artikelnya itu tertulis (diterjemahkan ke [[Bahasa Indonesia]] dari [[Bahasa Inggris]]): :"''... Penduduk Kepulauan Hindia atau Kepulauan Melayu masing-masing akan menjadi "Orang Indunesia" atau "Orang Malayunesia"''". ▼
Pada tahun [[1847]] di [[Singapura]] terbit sebuah majalah ilmiah tahunan, ''[[Journal of the Indian Archipelago and Eastern Asia]]'' (JIAEA, [[Bahasa Indonesia|BI]]: "Jurnal Kepulauan Hindia dan Asia Timur")), yang dikelola oleh [[James Richardson Logan]] ([[1819]]-[[1869]]), seorang [[Skotlandia]] yang meraih sarjana [[hukum]] dari [[Universitas Edinburgh]]. Kemudian pada tahun [[1849]] seorang ahli etnologi bangsa [[Inggris]], [[George Samuel Windsor Earl]] ([[1813]]-[[1865]]), menggabungkan diri sebagai redaksi [[majalah]] JIAEA.
▲
Earl sendiri menyatakan memilih nama Malayunesia (Kepulauan Melayu) daripada Indunesia (Kepulauan Hindia), sebab Malayunesia sangat tepat untuk ras Melayu, sedangkan Indunesia bisa juga digunakan untuk Ceylon (sebutan [[Srilanka]] saat itu) dan Maldives (sebutan asing untuk Kepulauan [[Maladewa]]). Earl berpendapat juga bahwa [[bahasa Melayu]] dipakai di seluruh kepulauan ini. Dalam tulisannya itu Earl memang menggunakan istilah Malayunesia dan tidak memakai istilah Indunesia. Dalam JIAEA Volume IV itu juga, halaman 252-347, James Richardson Logan menulis artikel The ''Ethnology of the Indian Archipelago'' ("Etnologi dari Kepulauan Hindia"). Pada awal tulisannya, Logan pun menyatakan perlunya nama khas bagi kepulauan tanah air kita, sebab istilah '''Indian Archipelago''' ("Kepulauan Hindia") terlalu panjang dan membingungkan. Logan kemudian memungut nama Indunesia yang dibuang Earl, dan huruf '''u''' digantinya dengan huruf '''o''' agar ucapannya lebih baik. Maka lahirlah istilah '''Indonesia'''. . [http://www.uhpress.hawaii.edu/books/seasiatext/excerpt.html#names David Chandler, et al. 2005. "''The Emergence of Modern Southeast Asia: A New History''", disunting oleh Norman G. Owen (U. Hawai‘i Press, 2005)]▼
:"''... Penduduk Kepulauan Hindia atau Kepulauan Melayu masing-masing akan menjadi "Orang Indunesia" atau "Orang Malayunesia"''".
<!-- :"''... the inhabitants of the Indian Archipelago or Malayan Archipelago would become respectively Indunesians or Malayunesians''". -->
Earl sendiri menyatakan memilih nama Malayunesia (Kepulauan Melayu) daripada Indunesia (Kepulauan Hindia), sebab Malayunesia sangat tepat untuk ras Melayu, sedangkan Indunesia bisa juga digunakan untuk Ceylon (sebutan [[Srilanka]] saat itu) dan Maldives (sebutan asing untuk Kepulauan [[Maladewa]]). Earl berpendapat juga bahwa [[bahasa Melayu]] dipakai di seluruh kepulauan ini. Dalam tulisannya itu Earl memang menggunakan istilah Malayunesia dan tidak memakai istilah Indunesia.
▲
Dan itu membuktikan bahwa sebagian kalangan Eropa tetap meyakini bahwa penduduk di kepulauan ini adalah Indian, sebuah julukan yang dipertahankan karena sudah terlanjur akrab di Eropa. Untuk pertama kalinya kata Indonesia muncul di dunia dengan tercetak pada halaman 254 dalam tulisan Logan (diterjemahkan ke Bahasa Indonesia): :"''Mr Earl menyarankan istilah [[etnografi]] "Indunesian", tetapi menolaknya dan mendukung "Malayunesian". Saya lebih suka istilah [[geografis]] murni "Indonesia", yang hanya [[sinonim]] yang lebih pendek untuk Pulau-pulau Hindia atau Kepulauan Hindia''" ▼
</ref>
Dan itu membuktikan bahwa sebagian kalangan Eropa tetap meyakini bahwa penduduk di kepulauan ini adalah Indian, sebuah julukan yang dipertahankan karena sudah terlanjur akrab di Eropa.
Ketika mengusulkan nama "Indonesia" agaknya Logan tidak menyadari bahwa di kemudian hari nama itu akan menjadi nama resmi. Sejak saat itu Logan secara konsisten menggunakan nama "Indonesia" dalam tulisan-tulisan ilmiahnya, dan lambat laun pemakaian istilah ini menyebar di kalangan para ilmuwan bidang [[etnologi]] dan [[geografi]]. ▼
Untuk pertama kalinya kata Indonesia muncul di dunia dengan tercetak pada halaman 254 dalam tulisan Logan (diterjemahkan ke Bahasa Indonesia):
▲
<!-- :"''Mr. Earl suggests the ethnographical term Indunesian, but rejects it in favour of Malayunesian. I prefer the purely geographical term Indonesia, which is merely a shorter synonym for the Indian Islands or the Indian Archipelago''". -->
▲Ketika mengusulkan nama "Indonesia" agaknya Logan tidak menyadari bahwa di kemudian hari nama itu akan menjadi nama resmi. Sejak saat itu Logan secara konsisten menggunakan nama "Indonesia" dalam tulisan-tulisan ilmiahnya, dan lambat laun pemakaian istilah ini menyebar di kalangan para ilmuwan bidang [[etnologi]] dan [[geografi]]. <ref name="uhpress"/>
Pada tahun [[1884]] guru besar [[etnologi]] di [[Universitas Berlin]] yang bernama '''[[Adolf Bastian]]''' ([[1826]]-[[1905]]) menerbitkan buku ''Indonesien oder die Inseln des Malayischen Archipel'' ("Indonesia atau Pulau-pulau di Kepulauan Melayu") sebanyak lima volume, yang memuat hasil penelitiannya ketika mengembara di kepulauan itu pada tahun [[1864]] sampai [[1880]]. Buku Bastian inilah yang memopulerkan istilah "Indonesia" di kalangan sarjana Belanda, sehingga sempat timbul anggapan bahwa istilah "Indonesia" itu ciptaan Bastian. Pendapat yang tidak benar itu, antara lain tercantum dalam ''Encyclopedie van Nederlandsch-Indië'' tahun [[1918]]. Pada kenyataannya, Bastian mengambil istilah "Indonesia" itu dari tulisan-tulisan Logan.
|