Kota Padang: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Mamasamala (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Afandri (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 220:
 
=== Etnis ===
Penduduk kota Padang sebagian besar beretnis [[Suku Minangkabau|Minangkabau]] (90,1%).<ref>BPS, Kota Padang Dalam Angka 2002</ref> Etnis lain yang juga menjadibermukim penghunidisini adalah [[suku Jawa|Jawa]], [[Tionghoa-Indonesia|Tionghoa]], [[suku Nias|Nias]], [[suku Mentawai|Mentawai]], [[suku Batak|Batak]], [[suku Aceh|Aceh]], dan [[Tamil]].
 
Orang Nias sempat menjadi kelompok minoritas terbesar pada abad ke-19. VOC membawa mereka sebagai [[budak]] sejak awal abad ke-17. Sistem perbudakan diakhiri pada tahun [[1854]] oleh Pengadilan Negeri Padang. Pada awalnya mereka menetap di Kampung Nias, namun kemudian kebanyakan tinggal di Gunung Padang. Cukup banyak juga orang Nias yang menikah dengan penduduk Minangkabau. Selain itu, ada pula yang menikah dengan orang Eropa dan Tionghoa. Banyaknya pernikahan campuran ini menurunkan persentase suku Nias di Padang.<ref name="Rusli"/>
 
Belanda kemudian juga membawa suku Jawa sebagai pegawai dan [[tentara]], serta ada juga yang menjadi pekerja di perkebunan. Selanjutnya, pada abad ke-20 orang Jawa kebanyakan datang sebagai [[transmigran]]. Selain itu, suku [[suku Madura|Madura]], [[Maluku|Ambon]] dan [[suku Bugis|Bugis]] juga pernah menjadi penduduk kota Padang, sebagai tentara Belanda pada masa [[perang Padri]].
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Mensen op de kade van Padang aan de westkust van Sumatra op de achtergrond het vertrekkende mailschip 'Insulinde' met aan boord Gouverneur-Generaal Van Limburg Stirum. TMnr 60013119.jpg|thumb|Suasana pelabuhan [[Pelabuhan Teluk Bayur|Emmahaven]] saat menyambut Gubernur jenderal [[Johan Paul van Limburg Stirum]] sekitar tahun [[1916]]]]
Penduduk Tionghoa datang tidak lama setelah pendirian pos VOC. Orang Tionghoa di Padang yang biasa disebut dengan Cina Padang, sebagian besar sudah membaur dan biasanya [[bahasa Minangkabau|berbahasa Minang]].<ref name="Rusli"/> Pada tahun [[1930]] paling tidak 51% merupakan perantau keturunan ketiga, dengan 80% adalah Hokkian, 2% Hakka, dan 15% Kwongfu.