Bharatayuddha: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
M. Adiputra (bicara | kontrib)
Baris 32:
Akan tetapi versi [[wayang|pewayangan]] menyebut perang Baratayuda sebagai peristiwa yang sudah ditetapkan kejadiannya oleh dewata. Konon, sebelum Pandawa dan Korawa dilahirkan, perang ini sudah ditetapkan akan terjadi. Selain itu, [[Kurukshetra|Padang Kurusetra]] sebagai medan pertempuran menurut pewayangan bukan berlokasi di [[India]], melainkan berada di [[Jawa]]. Dengan kata lain, kisah ''Mahabharata'' menurut tradisi Jawa dianggap terjadi di Pulau Jawa.
 
Bibit perselisihan antara Pandawa dan Korawa dimulai sejak orang tua mereka masih sama-sama muda. [[Pandu]], ayah para Pandawa suatu hari membawa pulang tiga orang putri dari tiga negara, bernama [[Kunti]], [[Gendari]], dan [[Madrim]]. Salah satu dari mereka dipersembahkan kepada [[Dretarastra]], kakaknya yang buta. Dretarastra memutuskan untuk memilih Gendari, kenapa yang dipilih Gendari? Karena sekali lagi Dretarastra buta, ia tidak dapat melihat apapun, jadi ketika ia memilih ketiga putri itu yang dengan cara mengangkat satu per satu, terpilih lah Gendari yang mempunyai bobot paling berat, sehingga Dretarastra berpikir bahwa kelak Gendari akan mempunyai banyak anak, sama seperti impian Dretarastra. Hal ini membuat putri dari [[Kerajaan Gandhara|Kerajaan Plasajenar]] itu tersinggung dan sakit hati. Gendari merasa ia tak lebih dari piala bergilir. Ia pun bersumpah keturunannya kelak akan menjadi musuh bebuyutan anak-anak Pandu.
 
Gendari dan adiknya, bernama [[Sengkuni]], mendidik anak-anaknya yang berjumlah seratus orang untuk selalu memusuhi anak-anak Pandu. Ketika Pandu meninggal, anak-anaknya semakin menderita. nyawa mereka selalu diincar oleh sepupu mereka, yaitu para Korawa. Kisah-kisah selanjutnya tidak jauh berbeda dengan versi ''Mahabharata'', antara lain usaha pembunuhan Pandawa dalam istana yang terbakar, sampai perebutan [[Kerajaan Amarta]] melalui permainan dadu.