Rumpun dialek Arekan: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
merapikan halaman |
Tidak ada ringkasan suntingan |
||
Baris 14:
Akhir-akhir ini, banyak media lokal yang menggunakan dialek Surabaya sebagai bahasa pengantar mereka.
Orang Suroboyoan lebih sering menggunakan partikel "rek" sebagai ciri kahs mereka. Partikel ini berasal dari kata "arek", yang dalam dialek Surabaya menggantikan kata "bocah" (=anak) dalam bahasa Jawa standard.
Partikel lain adalah "seh" (e dibaca seperti e dalam kata edan), yang dlam bahasa Indonesia setara dengan partikel "sih".
Orang Suroboyoan juga sering mengucapkan kata "titip" secara /tetep/, dengan i diucapkan seperti /e/ dalam kata "edan"; dan kata "tutup" secara /totop/ dengan u diucapkan seperti /o/ dalam kata "soto".
Selain itu, vokal terbuka sering dibuat hambat, seperti misalnya: "kaya" (=seperti) lebih banyak diucapkan /k@y@?/ daripada /k@y@/, kata "isa" (=bisa) sering diucapkan /is@?/ daripada /is@/.
Beberapa kosa kata khas Suroboyoan:
"arek" berarti "anak" (bahasa Jawa standard : bocah);
"ladhing" berarti "pisau" (bahasa Jawa standard : peso);
"dhukur" berarti "tinggi" (bahasa Jawa standard : dhuwur);
"thithik" berarti "sedikit" (bahasa Jawa standard : sithik);
"pancet" berarti "tetap sama" ((bahasa Jawa standard : tetep);
"mene" <e pertama diucapkan pepet> berarti "nanti" (bahasa Jawa standard : mengko);
"ndhek" berarti "di" (bahasa Jawa standard : "ing" atau "ning"; dalam bahasa Jawa standard, kata "ndhek" digunakan untuk makna "pada waktu tadi", seperti dalam kata "ndhek esuk" (=tadi pagi),"ndhek wingi" (=kemarin));
"nontok" lebih banyak dipakai daripada "nonton";
"ya apa" (diucapkan /y@?@p@/) berarti "bagaimana" (bahasa Jawa standard : "piye" atau "kepiye"; sebenarnya kata "ya apa" berasal dari kata "kaya apa" yang dalam bahasa Jawa standard berarti "seperti apa")
|