Haji Misbach: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
k '''Haji Mohamad Misbach''' yang lebih dikenal dengan '''Haji Misbach''' atau '''Haji Merah''' (Surakarta, 1876–1926), dilahirkan di Kauman, di sisi barat alun-alun utara, persis di depan keraton Kasunanan dekat Masjid Agung Sur |
|||
Baris 48:
== Pandangan politik ==
=== Haji Merah ===
Misbach memiliki posisi yang unik dalam sejarah tanah air, namanya sering disandingkan dengan [[Semaun]], [[Tan Malaka]], atau golongan kiri lainnya. Di kalangan gerakan [[Islam]], memang namanya nyaris tak pernah disebut karena berpaham [[komunis]]. Menurutnya, [[Islam]] dan [[komunisme]] tidak selalu harus dipertentangkan, [[Islam]] seharusnya menjadi agama yang bergerak untuk melawan penindasan dan ketidakadilan.
Baris 67 ⟶ 69:
Misbach menegaskan kepada rakyat "jangan takut dihukum, dibuang, digantung", seraya memaparkan kesulitan [[Nabi]] menyiarkan [[Islam]]. Misbach pun sosok yang selain menempatkan diri dalam perjuangan melawan [[kapitalis]], ia meyakini paham [[komunis]]. [[Misbach]] mengagumi [[Karl Marx]]. [[Marx]] di mata Misbach berjasa membela rakyat miskin, mencela [[kapitalisme]] sebagai biang kehancuran nilai-nilai kemanusiaan. [[Agama]] pun dirusak oleh [[kapitalisme]] sehingga [[kapitalisme]] harus dilawan dengan [[historis materialisme]].
===
Pada konggres PKI tanggal 4 Maret 1923 yang dihadiri 16 cabang PKI, 14 cabang SI Merah dan beberapa perkumpulan serikat [[komunis]], Misbach memberikan uraian mengenai relevansi [[Islam]] dan [[komunisme]] dengan menunjukkan ayat-ayat [[Al-Qur’an]] serta mengkritik pimpinan SI Putih yang munafik dan menjadikan [[Islam]] sebagai selimut untuk memperkaya diri sendiri. Pada tahun 1923 pula, dia menulis kritikannya terhadap [[Tjokroaminoto]] di [[Medan Moeslimin]] dengan judul “Semprong Wasiat: Disiplin Organsisi [[Tjokroaminoto]] Menjadi Racun Pergerakan Rakyat [[Hindia]]”.
|