Haji Misbach: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Trendingtopiq (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Trendingtopiq (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 28:
 
=== Perseteruan antar golongan Islam di Surakarta ===
Perpecahan kelompok [[Islam]] di [[Surakarta]] dipicu artikel [[Djojosoediro]] di koransurat kabar [[Djawi Hisworo]], yang mana pemimpin redaksinya adalah [[Martodharsono]]. Pada saat itu, [[Djojosoediro]], atas persetujuan dan dorongan dari [[Martodharsono]], menulis:
 
“Ah seperti pegoeron (tempat beladjar ilmoe). Saja boekan goeroe, tjoemah bertjeritera atau memberi nasehat, keboetoelan sekarang ada waktoenja. Maka baiklah sekarang sadja. Adapon fatsal (selamatan) hoendjoek makanan itoe tidak perloe pakai nasi woedoek dengan ajam tjengoek brendel. SEBAB GOESTI KANDJENG NABI RASOEL ITOE MINOEM TJIOE A.V.H. DAN MINOEM MADAT, KADANG KLE’LE’T DJOEGA SOEKA. Perloe apakah mentjari barang jang tidak ada. Maskipon ada banjak nasi woedoek, kalau tidak ada tjioe dan tjandoe tentoelah pajah sekali.”
Baris 34:
Umat [[Islam]], terutama di [[Surakarta]], gempar dengan tulisan tersebut. Sebagian besar menganggap bahwa tulisan tersebut merupakan pelecehan terhadap nabi [[Muhammad]] dan umat [[Islam]]. Sarekat [[Islam]], sebagai organisasi [[Islam]] terbesar kala itu, merasa wajib untuk melakukan pembelaan. Untuk itu, pada awal Februari [[1918]], [[Tjokroaminoto]] telah membentuk apa yang disebut [[Tentara Kandjeng Nabi Mohammad]] (TKNM) untuk “memertahankan kehormatan [[Islam]], [[Nabi]], dan Kaum [[Muslimin]]”.
 
[[Martodharsono]] sendiri bukan orang sembarangan. Dia adalah murid [[Tirto Adhi Soerjo]], sang pemula, dan [[Raden Pandji Natarata]] alias [[Raden Sastrawidjaja]], ahli sastra dari [[Yogyakarta]]. Ketika artikelnya mulai mendapat respon dan kemarahan dari umat [[Islam]], [[Martodharsono]] pun berusaha memberikan klarifikasi di koransurat kabar “[[Djawi Hiswara]]”. Namun, klarifikasi tersebut tidak bisa memadamkan api yang sudah terlanjur berkobar.
 
=== Sidik, Amanat, Tableg, Vatonah ===
Baris 72:
Pada konggres PKI tanggal 4 Maret 1923 yang dihadiri 16 cabang PKI, 14 cabang SI Merah dan beberapa perkumpulan serikat [[komunis]], Misbach memberikan uraian mengenai relevansi [[Islam]] dan [[komunisme]] dengan menunjukkan ayat-ayat [[Al-Qur’an]] serta mengkritik pimpinan SI Putih yang munafik dan menjadikan [[Islam]] sebagai selimut untuk memperkaya diri sendiri. Pada tahun 1923 pula, dia menulis kritikannya terhadap [[Tjokroaminoto]] di [[Medan Moeslimin]] dengan judul “Semprong Wasiat: Disiplin Organsisi [[Tjokroaminoto]] Menjadi Racun Pergerakan Rakyat [[Hindia]]”.
 
Kekecewaannya terhadap lembaga-lembaga [[Islam]] yang tidak tegas membela [[kaum dhuafa]], membuat dia memilih ikut Perserikatan Kommunist di Indie ([[PKI]]) ketika CSI (Central [[Sarekat Islam]]) pecah melahirkan [[PKI]]/[[SI Merah]], bahkan mendirikan [[PKI]] afdeling [[Surakarta]]. Dia pun muncul sebagai pimpinan [[PKI]] di [[Surakarta]], yang kemudian merubah koransurat kabar [[Islam Bergerak]] menjadi [[Ra’jat Bergerak]] dan penyatuan secara de fakto organ [[PKI]] Yogyakarta ber[[bahasa Melayu]], [[Doenia Baroe]], ke dalam [[Ra’jat Bergerak]] pada September [[1923]]. Berjuang melawan [[kapitalisme]], tak membuat dia tidak menegakkan [[Islam]]. Baginya, perlawanan terhadap [[kapitalis]] dan pengikutnya sama dengan berjuang melawan [[setan]].
 
== Masa pembuangan ==
Baris 84:
 
Ditengah ganasnya alam di tempat pembuangannya, dia terserang [[malaria]] dan meninggal di pada [[24 Mei]] [[1926]] dan dimakamkan di kuburan [[Penindi]], [[Manokwari]], di samping kuburan istrinya. Tjipto Mangunkusuma dalam surat kabar Panggoegah, 12 Mei 1919 melukiskan keberanian Misbach dalam melawan kolonialisme Belanda sebagai “seorang ksatria sejati” yang mengorbankan seluruh hidupnya untuk pergerakan.
 
== Tulisan Haji Misbach ==
* [[Islamisme dan Komunisme]], artikel yang ditulis ketika berada diasingkan di [[Manokwari]], dimuat dalam surat kabar [[Medan Moeslimin]]
 
== Pranala luar ==