Helvy Tiana Rosa: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan |
Tidak ada ringkasan suntingan |
||
Baris 25:
Suatu hari saat ulangtahunnya yang ke 18, Helvy memutuskan untuk memakai jilbab. Padahal saat itu jilbab dilarang di sekolah atas instruksi Menteri P&K Daud Jusuf. Helvy memutuskan untuk tetap memakai jilbabnya meski kadang harus melompati pagar sekolah dan masuk lewat jendela. Ia menghadapi rintangan yang besar dari pihak sekolah. Puncaknya saat ia terancam tidak bisa mengikuti EBTANAS hanya karena jilbab yang ia kenakan. Kepala Sekolah akhirnya mengambil kebijakan boleh pakai jilbab di lingkungan sekolah, tapi saat di kelas tetap harus dibuka. Helvy tidak mau menerima kebijakan itu dan berdebat panjang dengan pihak sekolah hingga guru agama yang membelanya, Pak Munawir menangis. Saat Ebtanas tiba, jilbab tak boleh dikenakan di kelas. Untunglah saat EBTANAS, pengawas yang berjilbab dari luar sekolah membiarkannya menjawa soal-soal, sebelum Kepala Sekolah melakukan kontrol jilbab ke kelas-kelas. Selama tiga hari, Helvy pun tergesa-gesa mengerjakan semua soal Ebtanas hanya dalam waktu 20 menit! Saat Kepala Sekolahnya tiba di muka kelas, Helvy sudah berada di luar. Hal ini membuat guru-guru dan teman-temannya khawatir. Syukurlah, meski Helvy memperoleh Nilai Ebtanas Murni (NEM) yang kecil akibat semua ujian Ebtanas dikerjakan cuma 20 menit itu, ia memperoleh ranking 2 di kelas, dan tetap bisa masuk ke [[Universitas Indonesia]]. Sebuah keajaiban menurut teman-temannya.
===Masa Kuliah===
Helvy memilih Fakultas Sastra UI Jurusan Sastra Asia Barat, Program Studi Sastra Arab sebagai pilihan pertamanya. Di masa kuliah di UI, sejak 1991 Helvy telah bekerja sebagai Redaktur Pelaksana Majalah Annida, sebuah majalah muslimah yang kemudian berkembang menjadi Majalah Kisah-kisah Islami Annida, yang hampir keseluruhan isinya adalah cerpen dan ditujukan bagi remaja. Distribusi majalah ini sampai ke seluruh Indonesia, bahkan saat Helvy menjadi Pemimpin Redaksi (1997) oplahnya mencapai 50 ribu/2 minggu atau 100 ribu eksemplar/bulan. Helvy bekerja di Annida 1991-2001. Sebelumnya tahun 1990 Helvy mendirikan Teater Bening—sebuah teater kampus di FSUI yang seluruh anggotanya adalah perempuan, menulis naskah dan menyutradarai pementasan teater tersebut di [[Gedung Kesenian Jakarta]], [[Taman Ismail Marzuki]], Auditorium Fakultas Sastra UI serta keliling [[Jawa]] dan [[Sumatera]]. Di FSUI Helvy aktif berorganisasi. Selain menjadi Ketua Teater Bening (1990-1993), ia menjadi staff Pengabdian Masyarakat Senat Mahasiswa FSUI (1991-1992) dan (1992-1993) bersama Indra J. Piliang dan Litbang Senat Mahasiswa FSUI pada masa Mustafa Kamal yang kini menjadi Ketua Fraksi [[Partai Keadilan Sejahtera]] di DPR. Helvy juga pernah duduk di Litbang Senat Mahasiswa UI (1994-1995). Selama di UI Helvy memenangkan berbagai perlombaan menulis yang diadakan FSUI maupun di UI, seperti Lomba Resensi Buku sastra dengan Ketua Dewan Juri [[Sapardi Djoko Damono]], Lomba Resensi Buku yang diadakan Perpustakaan Pusat Universitas Indonesia. ‘Fisabilillah” menjadi Juara Lomba Cipta Puisi Yayasan Iqra, tingkat nasional (1992), dengan Dewan Juri [[HB Jassin]], [[Sutardji Calzoum Bachri]] dan Hamid Jabbar. Di FSUI kemampuan menulis Helvy kian terasah saat ia mendapat nilai tertinggi pada mata kuliah Penulisan Cerpen (Penulisan Populer I) dan Penulisan Artikel (Penulisan Populer II) yang diampu oleh peraih hadiah sastra Peagasus Prize dari [[Amerika Serikat]], Ismail Marahimin. Tulisan-tulisan Helvy semakin sering dimuat di majalah remaja dan koran.
|