Helvy Tiana Rosa: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Baris 10:
Tak tahan jauh dari keluarga, Helvy kembali ke Jakarta, melanjutkan sekolah ke SD Kartini II Jakarta hingga tamat. Di dekat rumah mereka di [[Kemayoran]], ada tempat penyewaan buku, di mana banyak orang menyewa buku komik berjilid-jilid. Helvy ternganga melihat tempat penyewaan buku itu. Seperti sebuah kebutuhan, setiap hari bisa lebih dari tiga kali ia main ke sana bersama adik-adiknya. Sayang, mereka selalu diusir karena tidak pernah mampu menyewa buku-buku tersebut, dianggap mengganggu yang lain dengan bertanya tentang buku-buku yang ada. Ibu mereka sehari-hari berjualan seprei keliling untuk membantu menopang kehidupan keluarga. Ia rela pergi jalan kaki agar pulangnya bisa membawa buku bagi Helvy dan adik-adiknya. Kadang bila beruntung, Ibu mereka mendapatkan pinjaman buku-buku cerita dari anak teman-temannya maupun orang yang membeli seprainya. Ibu Helvy berjanji untuk merawat buku pinjaman, memberi sampul plastik gratis bagi buku-buku yang belum disampul. Karena itulah setiap hari Helvy dan adik-adiknya bisa membaca tiga sampai sepuluh buku cerita sehari. Saat kelas III SD dengan mengumpulkan semua buku miliknya yang ia beli dari uang tabungan, Helvy membuka perpustakaan kecil di rumahnya agar anak-anak sebayanya bisa bebas membaca tanpa perlu membayar. Ia pun mulai menyemangati adiknya untuk menulis. Puisi dan cerpennya mulai dimuat di majalah anak-anak seperti [[Ananda]], [[Bobo]], Tomtom dan Halo. Cita-cita Helvy waktu itu hanya satu: ingin bisa memiliki mesin tik agar cerpen-cerpennya dibaca oleh para redaktur majalah. Tetapi majalah-majalah itu tidak memberinya honor berupa uang, melainkan buku, sehingga buku-buku koleksinya terus bertambah.
Sementara itu bila Ayahnya di rumah, setiap hari rumah mereka akan penuh suara musik, terutama dari [[The Beatles]]. Karena itu sejak SD Helvy hafal banyak sekali lagu-lagu dari group band tersebut. Ayahnya seorang seniman yang menguasai banyak alat musik. Ia mengarang semua jenis lagu mulai dari Dangdut, Pop, Jazz sampai Rock n Roll. Setiap kali mengarang lagu, maka Helvy yang masih SD diminta oleh Sang Ayah untuk memeriksa syair lagunya. Kalau ada syair yang kurang pas, ayahnya selalu bertanya dan meminta masukannya. Kebiasaan ini kerap dilakukan ayah Helvy hingga anaknya kuliah. Entah mengapa, ayahnya selalu yakin bahwa Helvy bisa menulis syair yang bagus, bahkan lebih bagus dari yang ia buat. Kelak tahun 1990-an lagu-lagu pop karya sang Ayah yang dinyanyikan [[Dewi Yull]], [[Rafika Duri]], [[Iis Sugianto]], [[Christine Panjaitan]], [[Andi Meriam Matalatta]], dan lain-lain menjadi hits dan membawa ekonomi keluarga mereka lebih baik.
Guru SD Helvy, Ibu Su'amah memperkenalkannya pada [[Taman Ismail Marzuki]] (TIM), tahun 1980. Maka sejak saat itu setiap minggu Helvy pergi ke TIM untuk melihat para seniman di sana yang sedang berproses maupun yang hanya duduk-duduk di warung. Saat sedang tak punya uang, Helvy tetap berangkat ke TIM meski harus berjalan kaki. Diam-diam ia mengamati anak-anak seusianya yang berlatih teater. Ia tahu keluarganya tak mampu untuk membayar apapun selain untuk belajar di sekolah. Maka Helvy menyerap semua yang ia bisa dengan riang. Bersama Ibu Su'amah ia mulai mengikuti lomba-lomba baca puisi di TIM dan belajar sendiri dari pengalamannya untuk membaca puisi yang baik.
|