Helvy memilih Fakultas Sastra UI Jurusan Sastra Asia Barat, Program Studi Sastra Arab sebagai pilihan pertamanya. Di masa kuliah di UI, sejak 1991 Helvy telah bekerja sebagai Redaktur Pelaksana Majalah Annida, sebuah majalah muslimah yang kemudian berkembang menjadi Majalah Kisah-kisah Islami Annida, yang hampir keseluruhan isinya adalah cerpen dan ditujukan bagi remaja. Distribusi majalah ini sampai ke seluruh Indonesia, bahkan saat Helvy menjadi Pemimpin Redaksi (1997) oplahnya mencapai 50 ribu/2 minggu atau 100 ribu eksemplar/bulan. Helvy bekerja di Annida 1991-2001. Di FSUI Helvy aktif berorganisasi. Selain mendirikan dan menjadi Ketua Teater Bening (1990-1993), ia dipilih sebagai staff Pengabdian Masyarakat Senat Mahasiswa FSUI (1991-1992), (1992-1993) bersama Indra J. Piliang dan Litbang Senat Mahasiswa FSUI (1993-1994) pada masa Mustafa Kamal yang kini menjadi Ketua Fraksi [[Partai Keadilan Sejahtera]] di DPR. Helvy juga pernah duduk di Litbang Senat Mahasiswa UI (1994-1995). Selama di UI Helvy memenangkan berbagai perlombaan menulis yang diadakan FSUI maupun di UI, seperti Lomba Resensi Buku sastra dengan Ketua Dewan Juri [[Sapardi Djoko Damono]], Lomba Resensi Buku yang diadakan Perpustakaan Pusat Universitas Indonesia. ‘Fisabilillah” menjadi Juara Lomba Cipta Puisi Yayasan Iqra, tingkat nasional (1992), dengan Dewan Juri [[HB Jassin]], [[Sutardji Calzoum Bachri]] dan Hamid Jabbar. Di FSUI kemampuan menulis Helvy kian terasah saat ia mendapat nilai tertinggi pada mata kuliah Penulisan Cerpen (Penulisan Populer I) dan Penulisan Artikel (Penulisan Populer II) yang diampu oleh peraih hadiah sastra Peagasus Prize dari [[Amerika Serikat]], Ismail Marahimin. Tulisan-tulisan Helvy semakin sering dimuat di majalah remaja dan koran.
===Majalah Annida===
Sejak berjilbab tahun 1988, Helvy semakin giat menulis dan mulai mengubah fokus dan gaya penulisannya lebih Islami. Namun ia merasa kesulitan menemukan media yang mau memuat karya-karyanya yang cenderung memiliki benang merah keislaman yang kental. Ia pun sadar bahwa kalau ia ingin membaca sebuah tulisan yang belum juga ia temukan untuk dibaca, maka itu berarti ia harus menuliskannya. Tahun 1990 Helvy bertemu Dwi Septiawati, pemimpin redaksi majalah remaja muslimah "Annida". Setahun kemudian, sambil kuliah Helvy bekerja sebagai Redaktur Majalah Annida. Tahun 1992 ia diangkat menjadi Redaktur Pelaksana dan bertanggungjawab terhadap rubrik fiksi. Tahun 1993 majalah ini memutuskan mengubah format menjadi Majalah Kisah-kisah Islami Annida, yang hampir keseluruhan isinya adalah cerpen dan ditujukan bagi remaja. Manajemen Annida kemudian bergabung dengan Majalah Ummi yang membuat distribusi Annida sampai ke seluruh Indonesia, bahkan saat Helvy menjadi Pemimpin Redaksi (1997) oplahnya mencapai 50 ribu/2 minggu atau 100 ribu eksemplar/bulan. Helvy kerap mendapat undangan ke berbagai daerah untuk mengisi berbagai acara keislaman, workshop penulisan atau sekadar temu pembaca. Oplah Annida pun terus meningkat.