| accessdate =
| isbn = 9812302123}}</ref>
|popplace=[[Jawa Barat]]: '''2628,4 juta'''.{{br}}
[[Banten]]: '''12,95 juta'''.{{br}}
[[Jakarta]]: '''1,35 juta'''.{{br}}
[[Lampung]]: '''6001 ribujuta'''.{{br}}
|langs=[[bahasa Sunda]], dan [[bahasa Indonesia]].
|rels=SebagianSekitar besar99% [[Islam]], namun ada sedikit yang beragama [[Hindu]], [[Sunda Wiwitan]], dan [[Kristen]]
|related=[[suku Jawa]], [[Orang Cirebon|Suku Cirebon]] dan [[suku Betawi]].
}}
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Soendanese theepluksters TMnr 10011963.jpg|thumb|300px|Wanita Sunda pemetik teh di masa [[Hindia Belanda]]]]
'''Suku Sunda''' adalah kelompok [[etnis]] yang berasal dari bagian barat pulau [[Jawa]], [[Indonesia]], yang mencakup wilayah administrasi provinsi [[Jawa Barat]], [[Banten]], [[Jakarta]], dan [[Lampung]]. Suku Sunda merupakan etnis kedua terbesar di Indonesia, setelah etnis Jawa. Sekurang-kurangnya 15,41% penduduk Indonesia merupakan orang Sunda. Mayoritas orang Sunda beragama [[Islam]].akan Namuntetapi dalamada kehidupan sehari-hari, masih adajuga sebagian kecil masyarakat yang mempercayaiberagama kekuatan-kekuatan supranatural[[kristen]], yang berasal dari kebudayaan animisme[[Hindu]], dan [[HinduSunda Wiwitan]]./[[Jati KepercayaanSunda]]. tradisionalAgama [[Sunda Wiwitan]] masih bertahan di beberapa komunitas pedesaan suku Sunda, seperti di Kuningan dan masyarakat [[suku Baduy]] di Lebak [[Banten]] yang berkerabat dekat dan dapat dikategorikan sebagai suku Sunda.
Jati diri yang mempersatukan orang Sunda adalah [[Bahasa Sunda|bahasanya]] dan budayanya. Orang Sunda dikenal memiliki sifat optimistis, ramah, sopan, dan riang, akan tetapi banyak juga dari mereka yang bersifat pemalu dan terlalu perasa secara emosional.<ref>[http://www.balitouring.com/culture/sunda.htm Sundanese Culture]</ref> Orang [[Portugis]] mencatat dalam [[Suma Oriental]] bahwa orang sunda bersifat jujur dan pemberani. Karakter orang Sunda yang periang dan suka bercanda seringkali ditampilkan melalui tokoh populer dalam cerita Sunda yaitu [[Kabayan]] dan tokoh populer dalam [[wayang golek]] yaitu [[Cepot]], anaknya [[Semar]]. Mereka bersifat riang, suka bercanda, dan banyak akal, tetapi seringkali nakal. Orang sunda juga pandaiadalah dalamyang pertama kali melakukan hubungan diplomatik secara sejajar dengan bangsa diplomasilain. Sang Hyang [[Surawisesa]] atau Raja Samian sudahadalah raja pertama di Nusantara yang melakukan diplomasihubungan diplomatik dengan Bangsa lain pada abad ke 15 dengan orang Portugis di [[Malaka]]. Hasil dari diplomasinya dituangkan dalam [[Prasasti Perjanjian Sunda-Portugal]]. Beberapa tokoh Sunda juga menjabat Menteri Luardan pernah menjadi wakil NegeriPresiden pada kabinet RI.
Disamping prestasi dalam bidang politik (khususnya pada awal masa kemerdekaan Indonesia) dan ekonomi, prestasi yang cukup membanggakan adalah pada bidang budaya yaitu banyaknya penyanyi, musisi, aktor dan aktris dari etnis Sunda, yang memiliki prestasi di tingkat nasional, maupun internasional.<ref>{{cite book | last = Rosidi | first = Ayip | publisher= | title =Revitalisasi dan
== Etimologi ==
Menurut Rouffaer (1905: 16) menyatakan bahwa kata Sunda berasal dari akar kata Susund yangatau berartikata segalasuddha sesuatudalam bahasa Sansekerta yang mengandungmempunyai unsurpengertian kebaikanbersinar, terang, putih (Williams, 1872: 1128, Eringa, 1949: 289). Dalam bahasa Jawa Kuno (Kawi) dan bahasa Bali pun terdapat kata sunda, dengan pengertian: bersih, suci, murbi, tak tercela/bernoda, air, tumpukan, pangkat, waspada (Anandakusuma, 1986: 185-186; Mardiwarsito, 1990: 569-570; Winter, 1928: 219).. Orang Sunda meyakini bahwa memiliki etos atau karakter Kasundaan, sebagai jalan menuju keutamaan hidup. Karakter Sunda yang dimaksud adalah ''cageur'' (sehat), ''bageur'' (baik), ''bener'' (benar), ''singer'' (mawas diri), dan ''pinter'' (cerdas). Karakter ini telah dijalankan oleh masyarakat yang bermukim di Jawa bagian barat sejak zaman kerajaan [[Kerajaan Salakanagara]], [[Kerajaan Tarumanagara]], [[Kerajaan Sunda-Galuh]], [[Kerajaan Pajajaran]] hingga sekarang .
Nama Sunda mulai digunakan oleh raja [[Purnawarman]] pada tahun 397 untuk menyebut ibukota [[Kerajaan Tarumanagara]] yang didirikannya. Untuk mengembalikan pamor Tarumanagara yang semakin menurun, pada tahun 670, Tarusbawa, penguasa Tarumanagara yang ke-13, mengganti nama Tarumanagara menjadi Kerajaan Sunda. Kemudian peristiwa ini dijadikan alasan oleh Kerajaan Galuh untuk memisahkan negaranya dari kekuasaan Tarusbawa. Dalam posisi lemah dan ingin menghindarkan perang saudara, Tarusbawa menerima tuntutan raja Galuh. Akhirnya kawasan Tarumanagara dipecah menjadi dua kerajaan, yaitu [[Kerajaan Sunda]] dan [[Kerajaan Galuh]] dengan [[Sungai Citarum]] sebagai batasnya.
|