Merantau: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan |
Tidak ada ringkasan suntingan |
||
Baris 13:
Masyarakat Minangkabau dikenal punya tradisi merantau yang kuat. Mereka telah mengembara ke wilayah Asia Tenggara lainnya sejak berabad abad yang lalu. Keturunan mereka sampai saat ini masih ada bahkan berkembang di banyak tempat seperti Aceh, Riau, Sumatera Utara, Lampung dan wilayah Sumatera lainnya, Jawa, Sulawesi, Kalimantan, Nusa Tenggara, Malaysia, Singapura, Brunei, Filipina Selatan, dan lain lain. Suku [[Aneuk Jamee]] di Aceh adalah masyarakat keturunan Minangkabau yang nenek moyang mereka telah merantau dari Ranah Minang sejak berabad yang lalu, begitu pula dengan masyarakat [[Negeri Sembilan]] di Malaysia, bahkan pendiri Kepaksian [[Sekala Brak]] juga berasal dari [[Pagaruyung]] Minangkabau. Di Mindanao Selatan (Filipina) keturunan Minangkabau dari ratusan tahun yang lalu masih ada sampai saat ini. Gelar bangsawan mereka "Ampatuan" yang berasal dari Pagaruyung / Minangkabau (Ampu Tuan) masih mereka pakai sampai sekarang.
Kebiasaan merantau juga berfungsi sebagai suatu perjalanan [[spiritual]] dan batu ujian bagi kaum lelaki Minangkabau dalam menjalani kehidupan. Kaum pria Minangkabau yang biasanya telah menguasai ilmu beladiri [[pencak silat]] untuk menjaga diri, berangkat pergi merantau dari kampung ketempat yang jauh hanya berbekal seadanya dan sedikit uang, bahkan tak jarang tanpa uang sama sekali. Kehidupan yang keras, jauh dari sanak saudara diharapkan menjadi cobaan untuk menempa jiwa, kegigihan, dan keuletan si pria Minang dalam meningkatkan derajat
Biasanya dalam periode di negeri orang inilah orang [[Minang]] yang merantau mulai mencari bidang kehidupan yang mereka minati. Bagi yang ingin berniaga atau wiraswasta mereka memilih menjadi [[Pedagang Minangkabau|pedagang]]. Banyak bidang usaha yang bisa mereka geluti seperti berdagang di pasar, mengelola usaha angkutan kecil kecilan, usaha percetakan, penjahit pakaian, usaha rumah makan atau [[restoran Padang]] dan banyak lagi yang lain. Bagi Yang bertujuan menimba ilmu merekapun masuk sekolah sekolah yang baik. Tak jarang mereka menjadi tokoh di komunitas perguruan tersebut. Banyak diantara mereka menjadi orang besar dikemudian hari, baik sebagai tokoh pengusaha, politisi, dokter, ilmuwan, birokrat, seniman, profesional, ulama, militer dan polisi, dan lain lain.
Baris 21:
Suatu masalah yang belum banyak dikaji mengenai para perantau Minang ini adalah mengenai perubahan sistem nilai serta kehidupan sosial mereka. Secara umum terdapat kesan bahwa para perantau Minang masih tetap menganut agama Islam dengan taat, akan tetapi dalam hubungan sosialnya sudah mulai kurang mempergunakan organisasi adat tradisional seperti "buah paruik", "kaum" atau "suku", dan lebih banyak berhimpun dalam satuan [[nagari]] asal. Salah satu perhimpunan warga Minang yang paling terkenal dan terorganisasi dengan baik adalah [[Sulit Air Sepakat]] atau SAS. Sulit Air Sepakat atau SAS punya kantor perwakilan di banyak kota besar di Indonesia dan beberapa di luar negeri seperti Malaysia, Singapura, Jepang, Amerika Serikat, Australia, Inggris, dan lain lain
Adalah menarik perhatian, bahwa pada umumnya para perantau Minang ini mampu menyesuaikan diri dengan adat istiadat serta kebudayaan daerah rantaunya, yang antara lain terlihat pada hampir tidak pernahnya terjadi konflik dengan masyarakat tempatan yang menjadi tuan rumahnya. Mungkin sekali hal ini disebabkan oleh
=== Suku Batak ===
|