Merantau: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 21:
Suatu masalah yang belum banyak dikaji mengenai para perantau Minang ini adalah mengenai perubahan sistem nilai serta kehidupan sosial mereka. Secara umum terdapat kesan bahwa para perantau Minang masih tetap menganut agama Islam dengan taat, akan tetapi dalam hubungan sosialnya sudah mulai kurang mempergunakan organisasi adat tradisional seperti "buah paruik", "kaum" atau "suku", dan lebih banyak berhimpun dalam satuan [[nagari]] asal. Salah satu perhimpunan warga Minang yang paling terkenal dan terorganisasi dengan baik adalah [[Sulit Air Sepakat]] atau SAS. Sulit Air Sepakat atau SAS punya kantor perwakilan di banyak kota besar di Indonesia dan beberapa di luar negeri seperti Malaysia, Singapura, Jepang, Amerika Serikat, Australia, Inggris, dan lain lain
 
Adalah menarik perhatian, bahwa pada umumnya para perantau Minang ini mampu menyesuaikan diri dengan adat istiadat serta kebudayaan daerah rantaunya, yang antara lain terlihat pada hampir tidak pernahnya terjadi konflik dengan masyarakat tempatan yang menjadi tuan rumahnya. Mungkin sekali hal ini disebabkan oleh pepatah bijak Minangkabau yang berbunyi: "Dimano bumi dipijak, disitu langik dijunjuang" yang bermakna menghargai budayakultur dan kulturbudaya setempat tanpa harus kehilangan budayakultur dan kulturbudaya sendiri.
 
Saat ini diperkirakan lebih dari setengah jumlah warga keturunan Minangkabau hidup dan berkembang di wilayah perantauan baik di Indonesia maupun mancanegara.
 
=== Suku Batak ===