Wayang golek: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Priatna (bicara | kontrib)
kTidak ada ringkasan suntingan
Kandar (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 1:
'''Wayang Golek''' adalah suatu seni pertunjukan [[wayang]] yang terbuat dari boneka kayu, yang terutama sangat populer di wilayah [[Tanah Pasundan]].
'''Wayang Golek''', khususnya di tanah pasundan, digunakan oleh para wali untuk menyebarkan [[Agama]] [[Islam]]. karena mayoritas agama yang dianut rakyat Pasundan adalah [[Agama]] [[Hindu]], lewat wayang golek tersebut para wali memodifikasi beberapa bagian yang dianggap tauhid (prinsip) diubah atau diganti. Misalkan, dalam cerita [[Mahabharata]] para dewa punya wewenang yang sangat absolut, sebagai penentu nasib dan takdir yang tidak bisa disanggah maka para wali membuat objek baru yang posisinya lebih kuat yaitu lewat tokoh [[Semar]] yang pada akhirnya Semar tersebut turun ke bumi -yang karena kesalahannya- untuk mendampingi setiap kejadian dalam babak [[Bharata Yuddha]] baik sebagai penengah atau sebagai eksekutor tokoh yang tidak bisa diajak ke dalam kebaikan.
 
==Wayang==
Wayang adalah bentuk teater rakyat yang sangat popular. Orang sering menghubungkan kata “wayang” dengan ”bayang”, karena dilihat dari pertunjukan [[wayang kulit]] yang memakai layar, dimana muncul bayangan-bayangan. Di [[Jawa Barat]], selain wayang kulit, yang paling populer adalah wayang golek. Berkenaan dengan wayang golek, ada dua macam diantaranya wayang golek papak (cepak) dan wayang golek purwa yang ada di daerah Sunda. Kecuali wayang wong, dari semua wayang itu dimainkan oleh seorang dalang sebagai pemimpin pertunjukan yang sekaligus menyanyikan suluk, menyuarakan antawacana, mengatur gamelan mengatur lagu dan lain-lain.
 
==Perkembangan==
Sebagaimana alur cerita pewayangan umumnya, dalam pertunjukan wayang golek juga biasanya memiliki lakon-lakon baik galur maupun carangan yang bersumber dari cerita [[Ramayana]] dan [[Mahabarata]] dengan menggunakan [[bahasa Sunda]] dengan iringan [[gamelan Sunda]] (salendro), yang terdiri atas dua buah [[saron]], sebuah [[peking]], sebuah [[selentem]], satu perangkat [[boning]], satu perangkat [[boning rincik]], satu perangkat [[kenong]], sepasang [[gong]] (kempul dan goong), ditambah dengan seperangkat [[kendang]] (sebuah kendang Indung dan tiga buah kulanter), [[gambang]] dan [[rebab]].
 
Sejak [[1920-an]], selama pertunjukan wayang golek diiringi oleh sinden. Popularitas sinden pada masa-masa itu sangat tinggi sehingga mengalahkan popularitas dalang wayang golek itu sendiri, terutama ketika zamannya [[Upit Sarimanah]] dan [[Titim Patimah]] sekitar tahun [[1960-an]].
 
Dalam pertunjukan wayang golek, lakon yang biasa dipertunjukan adalah lakon carangan. Hanya kadang-kadang saja dipertunjukan lakon galur. Hal ini seakan menjadi ukuran kepandaian para dalang menciptakan lakon carangan yang bagus dan menarik. Beberapa dalang wayang golek yang terkenal diantaranya Tarkim, R.U. Partasuanda, Abeng Sunarya, Entah Tirayana, Apek, [[Asep Sunandar Sunarya]], Cecep Supriadi dll.
 
Pola pengadegan wayang golek adalah sebagai berikut; 1) Tatalu, dalang dan sinden naik panggung, gending jejer/kawit, murwa, nyandra, suluk/kakawen, dan biantara; 2) Babak unjal, paseban, dan bebegalan; 3) Nagara sejen; 4) Patepah; 5) Perang gagal; 6) Panakawan/goro-goro; 7) Perang kembang; 8) Perang raket; dan 9) Tutug.
 
Salah satu fungsi wayang dalam masyarakat adalah ngaruat, yaitu membersihkan dari kecelakaan (marabahaya). Beberapa orang yang diruwat (sukerta), antara lain: 1) Wunggal (anak tunggal); 2) Nanggung Bugang (seorang adik yang kakaknya meninggal dunia); 3) Suramba (empat orang putra); 4) Surambi (empat orang putri); 5) Pandawa (lima putra); 6) Pandawi (lima putri); 7) Talaga Tanggal Kausak (seorang putra dihapit putri); 8) Samudra hapit sindang (seorang putri dihapit dua orang putra), dan sebagainya.
 
Wayang golek saat ini lebih dominan sebagai seni pertunjukan rakyat, yang memiliki fungsi yang relevan dengan kebutuhan-kebutuhan masyarakat lingkungannya, baik kebutuhan spiritual maupun material. Hal demikian dapat kita lihat dari beberapa kegiatan di masyarakat misalnya ketika ada perayaan, baik hajatan (pesta kenduri) dalam rangka khitanan, pernikahan dan lain-lain adakalanya diriingi dengan pertunjukan wayang golek.
 
==Media penyebaran Islam==
'''WayangMenurut Golek'''dugaan, khususnyasebagaimana wayang kulit di tanahdaerah pasundan[[suku Jawa|Jawa]], wayang golek digunakan oleh para [[wali songo|wali]] untuk menyebarkan [[Agama]] [[Islam]]. karena mayoritas agama yangdi dianut rakyatTanah Pasundan. adalahKarena [[Agama]]ajaran [[Hindu]], lewatsudah wayangcukup golekakrab tersebutdi paramasyarakat waliSunda memodifikasikala beberapaitu, bagiancerita yangMahabrata dianggapdan tauhidRamayana (prinsip)dari diubah[[India|Tanah Hindu]] dimodifikasi untuk ataumengajarkan digantiKetauhidan. Misalkan, dalam cerita [[Mahabharata]] para dewa punya wewenang yang sangat absolut, sebagai penentu nasib dan takdir yang tidak bisa disanggah maka para wali membuat objek baru yang posisinya lebih kuat yaitu lewat tokoh [[Semar]] yang pada akhirnya Semar tersebut turun ke bumi -yang karena kesalahannya- untuk mendampingi setiap kejadian dalam babak [[Bharata Yuddha]] baik sebagai penengah atau sebagai eksekutor tokoh yang tidak bisa diajak ke dalam kebaikan.
 
==Rujukan==
*[[Ganjar Kurnia]]. 2003. ''Deskripsi kesenian Jawa Barat''. Dinas Kebudayaan & Pariwisata Jawa Barat, Bandung.
 
[[kategori:Kesenian Nusantara]]