Kota Bukittinggi: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 100:
Selanjutnya Kota Bukittinggi menjadi ''Kota Besar'' berdasarkan [[Undang-undang]] Nomor 9 Tahun 1956 tentang pembentukan daerah otonom kota besar dalam lingkungan daerah provinsi [[Sumatera Tengah]] masa itu,<ref>hukum.unsrat.ac.id[http://hukum.unsrat.ac.id/uu/uu_9_1956.pdf Undang-undang Nomor 9 Tahun 1956] (diakses pada 29 Juni 2010)</ref> yang meliputi wilayah provinsi [[Sumatera Barat]], [[Jambi]], [[Riau]] dan [[Kepulauan Riau]] sekarang.
 
Dalam rangka perluasan wilayah kota, pada tahun 1999 pemerintah menerbitkan [[Peraturan Pemerintah|PP]] Nomor 84 Tahun 1999, yang isinya menggabungkan nagari-nagari di sekitar Bukittinggi ke dalam wilayah kota. Nagari-nagari tersebut yaitu [[Cingkariang, Banuhampu, Agam|Cingkariang]], [[Gadut, Tilatang Kamang, Agam|Gaduik]], [[Sianok Anam Suku, IV Koto, Agam|Sianok Anam Suku]], [[Guguak Tabek Sarojo, IV Koto, Agam|Guguak Tabek Sarojo]], [[Ampang Gadang, IV Angkek, Agam|Ampang Gadang]], [[Ladang Laweh, Banuhampu, Agam|Ladang Laweh]], [[Pakan Sinayan, Banuhampu, Agam|Pakan Sinayan]], [[Kubang Putiah, Banuhampu, Agam|Kubang Putiah]], [[Pasia, IV Angkek, Agam|Pasia]], [[Kapau, Tilatang Kamang, Agam|Kapau]], [[Batu Taba, IV Angkek, Agam|Batu Taba]], dan [[Koto Gadang, IV Koto, Agam|Koto Gadang]].<ref>Harian Haluan [http://www.harianhaluan.com/index.php?option=com_content&view=article&id=12852:agam-tuo-masuk-kota-bukittinggi-apa-benar&catid=13:haluan-kita&Itemid=81]</ref> Namun sebagian masyarakat di 12 nagari tersebut menolak untuk bergabung dengan Bukittinggi, sehingga peraturan tersebut hingga saat ini belum dapat dilaksanakan.<ref>www.pu.go.id [http://www.pu.go.id/index.asp?site_id=001&news=ppw220506joe.htm&ndate=5/22/2006 Pemkot Bukittinggi Bertekad Menata Kembali Ruang Kota-nya] (diakses pada 26 Juni 2010)</ref>
 
== Geografi ==