Oei Wie Gwan: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
k Robot: Perubahan kosmetika |
Tidak ada ringkasan suntingan |
||
Baris 1:
Oei Wie Gwan sejak jauh hari menyiapkan operasional usaha rumahannya. Pertengahan tahun 1950 membeli merek Djarum yang sudah tidak digunakan lagi oleh pemegang lisensinya. Kata “Djarum” tersebut mengacu kepada jarum, yang terpasang pada alat pemutar musik piringan hitam gramophone.
Keterlibatan Oei Wie Gwan dalam bisnis bermula dengan mendirikan pabrik mercon dengan merek Leo, yang bermarkas di Rembang Jawa Tengah. Mercon merek Leo menjadi salah satu merek mercon ternama di Indonesia. Pabrik yang didirikan pada masa sebelum Perang Dunia ke-2 ini mengakhiri produksinya setelah masa kemerdekaan. Pemerintah melarang dan menutup pabrik-pabrik mercon yang beroperasi di Indonesia.
Usaha kretek menjadi pilihan Oei Wie Gwan untuk meneruskan jalan hidupnya di ranah bisnis setelah usaha merconnya tutup. Dengan bendera PT Djarum, usaha peracikan tembakau dan cengkeh yang merupakan komoditi perkebunan asli Indonesia berkembang menjadi produk kretek unggulan Indonesia.
Keseriusan dan kecintaan Oei Wie Gwan pada usaha kretek ini terlihat dengan seringnya melinting kretek bersama karyawannya sambil lesehan. “ Tumbuh dan berkembang bersama lingkungan “ adalah filosofi yang tercipta pada saat itu. Filosofi ini, bertolak dari kultur budaya dan religius masyarakat Indonesia, gotong royong dan tolong menolong.
Oei Wie Gwan tutup usia pada tahun 1963. Sepeninggal sang pendiri PT Djarum terus berlanjut dibawah kepemimpinan dua putranya, Michael Bambang Hartono dan Robert Budi Hartono. Saat ini produk-produk PT Djarum telah dikenal konsumen baik di dalam negeri maupun internasional. Merek-merek tersebut diantaranya adalah Djarum Super, Djarum Coklat, Djarum 76, LA Lights, dan Djarum Black.
|