Wikipedia:Bak pasir: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Idealv3 (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Fajar Faraday (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 7:
A. Sangaji dalam bukunya yang berjudul Rahmat atau Malapetaka menjelaskan bahwa Kompetisi Ekonomi Global yang dipromotori oleh kaum KAPITALIS acap kali tidak memperhitungkan kerugian bahkan penderitaan orang lain baik Person, Komunitas Ethnis bahkan satu bangsa sekalipun dalam mencapai target Laba. Kompetisi model ini merupakan bentuk-bentuk Imperialisme Modern.
Realitas ini menjadi pelajaran berharga bagi masyarakat Ethnis Tambe’e untuk menghindar dari sergapan keganasan Imperialisme modern yang setiap saat dapat saja merampas dan mengeksploitasi semua asset yang dimiliki dan diakui secara turun-temurun. Penulisan Buku Sejarah Tambe’e ini juga dilakukan dalam rangka Proteksi terhadap nilai-nilai Historis, Cultural beserta semua perangkat budaya yang terdapat dalam Totalitas masyarakat Ethnis Tambe’e. Dengan memiliki Bingkai Historis yang jelas, maka Eksistensi Ethnis Tambe’e dapat diterima dan diakui sebagai satu masyarakat yang kuat serta memiliki identitas serta kekuatan dalam memberikan kontribusi di tengah-tengah kerangka memperkaya Cultur daerah dan bangsa Indonesia pada konteks multi Ethnis, multi cultural, multi religi yang biasa dikenal juga dengan pluralitas.
Meskipun tujuan penulisan Buku sejarah ini berkaitan dengan kebutuhan-kebutuhan proteksi dan pengakuan secara Yuridis tentang Eksistensi orang Tambe’e, tetapi tujuan yang paling essensial dari kajian dan penulisan buku sejarah tentang kehidupan orang-orang Tambe’e ini adalah untuk menemukan, melukiskan dan menerangkan aspek sosial dan akibat yang ditimbulkan oleh kiprah orang-orang Tambe’e yang ditemukan, dilukiskan dan diterangkan dalam sejarah tersebut sampai dengan hari ini. Ketiga proses yakni menemukan, melukiskan dan menerangkan sebuah realitas sejarah orang Tambe’e sekali lagi bukan satu perkara mudah. Pada tahap pertama yang harus dilakukan adalah melibatkan diri pada usaha penemuan elemen-elemen sejarah yang terkait dengan kehidupan orang Tambe’e. Pada tahapan ini menuntut adanya kepastian factual tentang “Apa”, “Siapa”, “Bila” dan di mana. Pada tahap kedua, ketika elemen-elemen sejarah tersebut harus dirangkai menjadi suatu kisah, dan pertanyaan “Bagaimana” harus dijawab, maka bukan saja keutuhan logika harus terjaga, tetapi Imajinasi kesejarahan juga harus memainkan peranan penting di dalamnya. Sebab elemen-elemen sejarah tersebut sangat berkarakter Fragmentaris, serba terpenggal-penggal. Oleh karena itu peranan bahasa dalam merangkai dan dalam upaya mengisahkan peristiwa sejarah juga sangat penting, bahkan interpretasi atau penafsiran terhadap sejarah tidak dapat diabaikan sebab segment ini sangat memegang peranan besar di dalamnya. Sepertinya memang tidak ada garansi tentang adanya satu garis lurus antara realitas sejarah dengan bahasa yang dipakai untuk menggambarkan peristiwa masa lampau kini bahkan peristiwa-peristiwa yang terjadi pada masa akan datang (Future History). Juga tidak ada kepastian akan adanya kesesuaian yang utuh antara teks, yang berusaha dan berupaya untuk mewakili realitas sejarah tersebut dengan pembacanya. Realitas ini juga menjadi persoalan yang harus diakui dan diterima tentang bagaimana menyesuaikan antara realitas sejarah dalam teks dengan bahasa yang dipakai dalam menjelaskan sejarah tentang kehidupan orang-orang Tambe’e. Untuk mencapai dan menemukan kesesuaian tersebut dapat pula dimetaforakan bagai upaya membenahi “segulung besar” benang-benang kusut dengan struktur yang tidak teratur. Dari segi tugas secara Historikal, maka Tugas dari analisis dan kajian dalam buku “BINGKAI SEJARAH TO TAMBE’E” ini sekali lagi sebetulnya adalah sebuah upaya Rekonstruksi Sejarah yang mencoba “Menghadirkan Kembali” tentang kelampauan, sedikit tentang okeee....masa kini dan bagaimana Future Prospec atau prospek masa depan persekutuan Komunalitas suku Tambe’e dalam perjalanan sejarah. Upaya ini disadari sangat diwarnai oleh berbagai keterbatasan : Kompetensi Penulis berkaitan dengan disiplin Ilmu, Informasi, Referensi serta keterbatasan Dana yang dibutuhkan dalam proses penulisan.
Proses penulisan buku ini sudah pasti dilakukan oleh insan biasa yang penuh dengan keterbatasan. Oleh karena itu, mungkin bukan “dosa” di atas “dosa” jika ketika membaca buku ini akan ditemukan kekurangan-kekurangan yang tidak terhitung banyaknya. Juga bukan “dosa” jika buku ini menjadi alat Inklusivitas atau keterbukaan penulis dalam menerima saran, usul dan kritik membangun sehingga dapat dilakukan revisi-revisi seperlunya demi memperoleh potret sebuah karya yang lebih baik, menyenangkan serta memberikan setetes kelegaan dalam rangka menjawab kebutuhan akan buku yang berkaitan dengan Sejarah dan Element-element yang terdapat didalamnya termasuk Pranata-pranata.