Wikipedia:Bak pasir: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan |
Tidak ada ringkasan suntingan |
||
Baris 1:
== HUSNUL YAQIN ==
<br />
<br />
http://4.bp.blogspot.com/-OD0ugX-BjFU/T-_DMl7-tHI/AAAAAAAAAQU/iIWO77fMty0/s320/167678_182881598411824_100000699557556_488353_3381912_n.jpg
HUSNUL YAQIN adalah anak kedua dari empat bersaudara. Dia lahir di [[Provinsi Aceh]], lebih tepatnya di Kuala Simpang, 14 Juni 1991. Saat dia lahir memang tetuanya sudah melihat bahwa jika anak ini besar dan dewasa nanti dia akan menjadi orang yang berwatak keras atau keras kepala.
Dia lahir dari pasangan H. Umar Nafi, S. Pd, M. Pd dan Hj. Nina Oriza Sativa. Sang Ayah sedari kecilnya sudah sangat aktif dalam dunia keagamaan. Ayahnya sering menjuarai perlombaan [[MTQ (Musabaqah Tilawatil Qur'an)]] bahkan sampai ke tingkat Nasional. Selain aktif dalam bidang pendidikan beliau juga masih aktif dalam bidang keagamaan. Sang Ibu juga memiliki keagamaan dan spiritual yang kuat meski tak menonjol seperti ayahnya. Mereka termasuk orang yang cukup terpandang.
Berbeda dengan anaknya, Uqi, begitu dia biasa dipanggil. Sejak kecil memang dia sudah terlihat 'cerdas' - terlalu pintar. Mungkin karena faktor keingintahuannya yang sangat besar sedari kecil juga karena kedua orangtuanya yang keduanya adalah guru di sekolah-sekolah, tak jarang mereka mendidik dan mengajarkan ilmu-ilmu pengetahuan kepada sang anak.
Uqi kecil sempat dianggap bisu oleh orangtuanya karena sampai usianya yang sudah melewati tahun kedua dia juga masih tak kunjung bisa berbicara. Hal tersebut dikonsultasikan ke pihak keluarga, ternyata itu adalah tanda-tanda dari anak ini akan menjadi pemimpin, orang berkepribadian ganda, orang yang sulit ditebak, dan terutama orang yang sangat keras kepala. Bagaimana tidak, walaupun ia masih belum bisa bicara, tapi seluruh anggota tubuhnya senantiasa bergerak tak kunjung henti. Dia sudah bisa berjalan bahkan berlari dalam usia yang relatif dini, meski dia masih belum bisa bicara. Tak jarang kedua orangtuanya cukup resah dan khawatir dengan anaknya ini, karena anaknya yang sangat hyper-active ini susah dicari, sebentar di sana dan sebentar di sini.
Memasuki jenjang pendidikan awal, yaitu Taman Kanak-Kanak, Uqi sudah tidak terlalu kesulitan lagi untuk membaca, berbicara (dengan bahasa yang baik dan benar), bermain, cepat-tangkas (asah-otak), dan lain-lain, karena pendidikan itu semuanya sudah didapatkannya di rumah dari kedua orangtuanya. Memang peran kedua orang tua sangat mendukung.
Sifat uniknya yang baru adalah keusilan atau kenakalannya. Uqi kecil memiliki daya ingat yang cukup kuat dan teruji, otaknya juga sudah mampu mengolah informasi yang diterimanya. Ditambah lagi wataknya yang pembosan membuatnya malas untuk mengikuti atau menjalani hari-harinya yang begitu-begitu saja setiap harinya. Setiap materi atau ilmu yang diajarkan oleh guru-gurunya kebanyakan yang sudah pernah dipelajarinya duluan, Uqi kecil cukup sombong untuk beranggapan bahwa sesuatu yang sudah dipelajari lagi buat apa dipelajari lagi. Akhirnya waktu-waktu seperti itu dimanfaatkannya untuk menjahili teman-temannya.
Memang memalukan, anak seorang guru dan tokoh agama, yang kesehariannya menasehati dan mengajari anak orang lain, tetapi malah punya anak yang menimbulkan aib tersendiri buat mereka orangtuanya, betapa ironisnya.
Uqi kecil sangat cerdas sehingga peringkat pertama selalu diterimanya, sekali lagi, bahkan ia bosan karena ia selalu menjuarai semua persaingan! Walaupun ia nakal tapi ia cerdas, sehingga terkadang orang tua murid dari temannya cukup maklum dengan kondisi Uqi kecil yang hyper-active ini. Akhirnya mereka juga memaafkan perbuatan Uqi kecil kepada anaknya. Uqi sering mengait kaki temannya yang sedang berjalan hingga temannya itu jatuh, Uqi juga sering mendorong temannya sampai terjatuh, menonjok temannya, mengusili teman perempuannya, bahkan pernah Uqi menusuk kaki temannya dengan pensil runcing hingga mata pensil yang tajam itu tertinggal di betis temannya.
Uqi termasuk orang cerdas yang sangat pandai bicara, membujuk, dan berbahasa. Maka dari itu, hal itu membuatnya banyak sekali teman dan banyak sekali musuh. Kata-katanya yang polos dan apa adanya terkadang dianggap oleh temannya sebuah hinaan, padahal bagi orang yang sudah mengenalnya hal tersebut adalah sangat unik dan lucu.
Uqi sangat mudah mendapatkan teman di mana pun, dan sangat mudah mendapatkan musuh di mana pun. Begitulah yang dia rasakan sepanjang hidupnya. Bahkan hingga hari ini, problem kecerdasan berbicaranya terkadang menjadi masalah sendiri buatnya, terkadang dia menyadari kata-katanya yang kompleks terkadang membuat rekannya kebingungan menerjemahkan kata-katanya. Sehingga terkadang dia diejek orang yang kata-katanya terlalu baku, sehingga lebih cocok menjadi guru atau tokoh agama. Uqi sering kesal dengan hal itu, tapi ia tak bisa berbuat apa-apa karena setengah mati ia mau merubahnya itu tidak akan bisa berubah.
Kecerdasan yang ia miliki membuat Uqi merasa bahwa tidak perlu lagi belajar karena semua buku dan ilmu sudah ada di kedua orang tuanya dan perpustakaan kecil di rumahnya - buku-buku yang dibawa orangtuanya, sangat banyak dan semua sudah dibaca dan dipahami oleh Uqi.
Konon, buku-buku itu sengaja dibeli oleh orangtuanya agar si Uqi kecil tidak nakal dan tidak usil, karena saat ia membaca dan belajar seakan semuanya tenang tanpa ada gangguan darinya. Jadi kedua orangtuanya sengaja menyibukkan Uqi kecil dengan buku-buku itu. Seiring waktu berjalan, dari buku ilmu pengetahuan dasar sampai atas, dari buku anak-anak sampai dewasa, dari buku hukum sampai keagamaan sudah dibacanya. Tentu saja lama-kelamaan buku itu habis terbaca, setelah dia mulai bosan dan tidak tahu lagi apa yang harus dibaca, akhirnya kembali lagi sifat usil dan nakalnya. Kedua orang tuanya hanya geleng-geleng dengan tingkahnya.
|