Sepatnunggal, Majenang, Cilacap: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Baris 20:
 
 
Sepatnunggal adalah daerah pegunungan yang terdiri dari perbukitan kecil (dengan kemiringan landai sampai terjal) yang membujur dari Utara ke Selatan yang merupakan lereng dari pegunungan Kendeng. TingginyaBerada pada ketinggin kira-kira 100-500 m di atas permukaan laut. Di Kanan dan Kiri bukit memancar beberapa mata air yang jernih. Tanahnya subur dan hampir 100% merupakan tanah pertanian rakyat.
 
Ada Bukit yang sangat indah yang bentuknya menyerupai punden berundak, namanya "Pasir Ekek" (dalam Bahasa Indonsia = "Bukit Betet")--tidak diketahui asal-usul penamaannya. Letaknya persis di tengah-tengah desa, bentuknya seperti punggung kuda, diapit dua kali. Bila--dari sini--memandang ke arah Utara tampak Gugusan Pegungan Kendeng; ke arah Barat tampak Puncak Gunung Padang (sebagian menyebutnya "Gunung Cendana")yang kadang berkabut dan ditutupi awan; ke arah Timur tampat tersusun rapi barisan bukit-bukit yang dikahiri dengan Puncak Gunung Slamet; ke arah Selatan dihiasi hamparan sawah dan dataran rendah.
Di bagian Selatan ada lembah subur dan indah yang landai luasnya kurang lebih 20 ha yang berupa persawahan dan perkampungan, sebelah Baratnya dilalui sungai Cijalu yang deras (bermata air di Gunung Padontelu), yang airnya digunakan untuk irgasi. Dari persawahan di lembah inilah sebagian besar penduduk desa memanen padi.
 
Di bagian Selatan ada lembah subur dan indah yang landai luasnya kurang lebih 20 ha yang berupa persawahan dan perkampungan, sebelah Baratnya dilalui sungai Cijalu yang berarus deras (bermata air di Gunung Padontelu / Pojok Tiga), yang airnya digunakan untuk irgasi. Dari persawahan di lembah inilah sebagian besar penduduk desa memanen padi.
 
Sepatnunggal merupakan jalur strategis karena dilalui jalan utama yang menghubungkan beberapa desa di atasnya (Sadahayu, Sadabumi, Pangadegan dan Cibeunying). Banyak mata air sehingga hampir sepanjang tahun tahun tidak kekurangan air bersih.