Bengkulu: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan |
Tidak ada ringkasan suntingan |
||
Baris 16:
| penduduktahun=2010
| penduduref=<ref>Sensus Penduduk 2010</ref>
| kabupaten=
| kota=1
| suku=[[Suku Rejang|Rejang]] (60,36%)<br />[[Suku Jawa|Jawa]] (22,31%)<br />[[Suku Serawai|Serawai]] (17,87%)<br />[[Melayu Bengkulu]] (7,93%)<br />[[Suku Lembak|Lembak]] (4,95%)<br />[[Suku Minangkabau|Minangkabau]] (4,28%)<br />[[Suku Sunda|Sunda]] (3,01%)<br /> Lain-lain (18,29%) <ref>{{cite book
Baris 39:
== Asal-usul nama ==
'''Bengkulu''' berasal dari [[bahasa Rejang]]-[[Kuno]] kata ''bakeak'' yang berarti "buah pinang" dan ''kendi ulu'' yang berarti "dari hulu", kemudian terjadi pegeseran pengucapan ''bakeak'' berubah menjadi ''bangka'' dan ''kendi ulu'' menjadi ''hulu''. Setelah itu, versi lain menyebutkan kalau '''Bengkulu''' berasal dari [[bahasa Melayu]]-[[Bengkulu]] kata ''empang'' yang berarti "tutupkan jalan" dan ''ke ulu'' yang berarti "ke hulu". Hal ini sebagai perwujudan dari sumpah setia suku Lembak terhadap suku Rejang. Dimana ketika nenek moyang suku Lembak ingin mendiami Bengkulu, mereka meminta tanah kepada penduduk asli kota Bengkulu yakni [[suku Rejang]]-[[Sabah]]. Penguasa Rejang Sabah bersedia memberi tanah untuk didiami di Tengah Padang. Asalkan nenek moyang suku Lembak bersedia bersumpah setia untuk menjadi pelindung [[Tanah Rejang]]-[[Bengkulu]] atau menjadi hulubalang dari penguasa Rejang. Orang Rejang Raja Negeri, Orang Lembak Hulubalang Negeri. Orang Rejang Penguasa Negeri, Orang Lembak Pelindung Negeri. Oleh Karena itulah, di tahun 1615 ketika Sultan Aceh menyerang Bengkulu, suku Lembak membuktikan sumpah setia mereka. Mereka melindungi suku Rejang dengan menutup akses jalan prajurit Aceh untuk jangan sampai ke hulu Bengkulu yang merupakan [[Taneak Tanai]]-[[Suku Rejang]]. Penutupan akses jalan ke hulu di Muara Sungai Bengkulu tersebut, dilakukan oleh orang Lembak dari Kerajaan Silebar dan Jinggalu. Penyerangan Sultan Aceh terhadap Bengkulu tersebut disebabkan karena ditolaknya lamaran Sultan Aceh. Sultan Aceh berkeingin menikahi Putri Cempako Gading yang merupakan Putri dari Ratau Agung, raja dari [[Sungai Se-ut]]-[[Sungai Serut]], ''raja Rejang'',"penguasa pesisir Bengkulu". Tetapi lamaran tersebut ditolak mentah-mentah oleh kakak kandung Putri Gading Cempako yang bernama Anak Dalam Muaro Bangkahulu. Walaupun demikian, penyerangan Sultan Aceh tersebut mengakibatkan pesisir Bengkulu banjir darah. Para kerabat Kerajaan Sungai Serut terpaksa berlindung/mengungsi ke tanah nenek moyang mereka di lereng Gunung Bungkuk di daerah [[Pagar Jati]]-[[Bengkulu Tengah]] sekarang. Sehingga di daerah tersebut sekarang dapat kita temui pusara atau makam dari ''raja-raja Rejang Sungai Serut'', seperti "Ratau Agung" dan "Anak Dalam Muaro Bangkahulu".
Pada saat Inggris berada di Bengkulu terjadi peristiwa gempa bumi besar yang diiringi Tsunami yang membuat wilayah geografis Bengkulu berubah. Hal itu terjadi pada sekitar tahun 1700-1800. Kejadian itu sampai membuat Benteng Malbourough selama beberapa tahun dikosongkan. <ref>{{en}}{{cite book | first=Isaac | last=Taylor |coauthors= | editor= | title=Names and Their Histories: A Handbook of Historical Geography and Topographical Nomenclature | publisher=BiblioBazaar, LLC, | year=2008 | isbn=0559296673 | isbn= 9780559296673 | page=66 | pages=412| chapter=}}</ref>
|