Ia juga bermain dalam film yang diangkat dari pengalaman hidupnya, ''[[Kambing Jantan: The Movie]]''.<ref>[http://www.detikhot.com/read/2008/10/11/103432/1018502/229/rudi-soedjarwo-angkat-blog-ke-layar-lebar Rudi Soedjarwo Angkat Blog Ke Layar Lebar], 8 Februari 2008</ref> Pada pertengahan bulan November 2009, melalui situs resminya, Radith mengumumkan bahwa buku kelimanya yang berjudul ''[[Marmut Merah Jambu]]'' akan segera terbit dengan jadwal edar sementara pada bulan Desember 2009.<ref name="mii"/> Namun pada pertengahan bulan [[Desember]] silam, Radith kembali lewat situs resminya menyatakan bahwa buku kelimanya tersebut masih mengalami sedikit perubahan dan juga penambahan cerita pada beberapa bagian, sehingga kemungkinan besar penerbitan buku tersebut akan mundur beberapa waktu.<ref name="mii"/> Melalui situs resmi pribadinya pada bulan oktober 2011 ini Raditya Dika juga mengumumkan bahwa bukunya yang berjudul ''[["Manusia Setengah Salmon"]]'' akan segera terbit tanggal 24 Desember 2011. Disitus itu Raditya Dika membuat ''countdown'' pada blognya agar para penggemarnya ingat tanggal terbit buku ''[["Manusia Setengah Salmon"]]''.
x
== Perjalanan dan Pemikiran ==
[[Berkas:Raditya Dika.jpg|thumb|Raditya Dika dalam sebuah acara talkshow]]
Radith mengawali keinginan untuk membukukan [[catatan harian]]nya di [[blog]] pribadinya saat ia memenangi Indonesian Blog Award.<ref name="t"/> Radith juga pernah meraih Penghargaan bertajuk ''The Online Inspiring Award'' 2009 dari [[Indosat]].<ref name="t">“Tiga Peraih Online Inspiring Award”. http://teknologi.vivanews.com/news/read/122453-tiga_peraih_online_inspiring_award_2009. (diakses 6 April 2010)</ref> Dari pengalaman itu, ia mencetak tulisan-tulisannya di blog kemudian ia menawarkannya ke beberapa penerbit untuk dicetak sebagai buku. Awalnya banyak yang menolak, tapi kemudian ketika ia ke [[Gagasmedia]], sebuah penerbit buku, naskah itu diterima, meski harus presentasi dahulu.<ref name="mii"/>
Radit sukses menjadi penulis dengan keluar dari arus utama (''mainstream'').{{fact}} Ia tampil dengan genre baru yang segar.<ref name="mii"/> Yang membuat ia berbeda dari penulis lain adalah ide nama [[binatang]] yang selalu ia pakai dalam setap bukunya. Dari buku pertama hingga terbaru, semua judulnya mengandung nama binatang.{{fact}} Bagi Radith, ini adalah ''selling point''-nya.<ref name="mii"/>
Menurutnya, sebagai penulis tetap harus memiliki [[inovasi]].{{fact}} Sebenarnya, pada bulan-bulan pertama, buku pertamanya tidak terlalu laku.{{fact}} Ini, menurut Radith, adalah [[risiko]] masuk dalam [[genre]] baru.{{fact}} Radith kemudian gencar berpromosi di blog yang ia kelola.<ref name="mii"/> Selain itu ia juga gencar promosi dari mulut ke mulut (''[[word of mouth]]'').<ref name="mii"/> Radith meminta pembacanya untuk berfoto dengan buku pertamanya itu kemudian dikirim ke Radith.{{fact}} Jadilah ini sebuah [[strategi pemasaran]] yang bisa mengelola pembaca sebagai [[target pasar]]nya.<ref name="mii"/> Menurut Radith, dalam menulis, tidak serta-merta setelah buku terbit, urusan selesai.{{fact}} Kemudian, pemasaran diserahkan kepada penerbit.<ref name="mii"/>
Sebaliknya, [[penulis]] seharusnya juga menjadi pemasar bagi bukunya sendiri karena sebenarnya penulis juga [[seniman]].{{fact}} Penulis yang kreatif akan menjadikan bukunya sebagai produk yang baginya harus bisa laku di pasaran.{{fact}} Meskipun pada dasarnya buku adalah bukan barang komersial, tetapi memandang buku sebagai sebuah produk berilmu yang pelu dipasarkan adalah sebuah hal yang perlu dilakukan saat ini.<ref name="mii"/>
Menjadi penulis sukses bukan berarti tidak ada hambatan.<ref name="mii"/> Menurut Radith, hambatan bukan hanya dari industri buku, melainkan juga dari hal-hal yang sifatnya diagonal.{{fact}} Artinya, lawan dari industri buku bisa jadi bukan industri buku lain tapi industri lain yang sebenarnya tidak berhubungan sama sekali seperti hiburan (''[[entertainment]]''), makanan, dan lain-lain.<ref name="mii"/> Sebagai contoh, bila ada anak muda memiliki uang 50.000 [[rupiah]], belum tentu ia akan membelanjakannya untuk [[buku]].{{fact}} Bisa jadi [[uang]] itu digunakan untuk menonton [[film]] di [[bioskop]] atau membeli [[makanan cepat saji]].{{fact}} Dan yang jelas, buku bukan pilihan utama.<ref name="mii"/>
Bagi Radith hal ini memang sudah lazim.{{fact}} Yang perlu dilakukan adalah terus berkreasi dan bertindak [[kreatif]].<ref name="mii"/> Baginya, [[kompetisi]] yang ada adalah kunci untuk berinovasi.{{fact}} Tekanan [[kompetitor]] bisa menjadi motivasi untuk terus memberikan ide-ide baru dan menggali kemampuan.<ref name="mii"/>
Radith kini meneruskan studinya di [[program ekstensi]] Fakultas Ilmu Sosial dan Politik di [[Universitas Indonesia]].{{fact}} Selain itu, kini ia berkarier di penerbit buku [[Bukune]],Radith bertindak sebagai direktur juga sebagai direktur dan pemimpin redaksi. Tepat pada hari ulang tahunnya Raditya merayakannya bersama ratusan penggemarnya RDL (Raditya Dika Lovers) di [[Taman Mini Indonesia Indah]].<ref name="mii"/>
== Pendidikan ==
|