Wikipedia:Halaman perkenalan: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Ardianus waton (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Ardianus waton (bicara | kontrib)
Baris 9.921:
}}
<!--
 
== seajarah suku asli flores timur larantuka ==
 
 
 
 
 
 
 
Terjemahan dalam bahasa Indonesia :
Sejarah tanah lamaholot
 
SEJARAH TURUNAN
ILE TALU SUBA –WOKA LAGA DONI
ILE MANDIRI-WOKA TANA LOLON
 
Pada mulanya adalah kosong
Langit dan bumi belum terbentuk.
Roh Allah melayang –layang diatas langit
Maka bersabda Allah baiklah kita menciptakan langit dan bumi.
Maka diciptakan langit dan bumi dan ditempatkan matahari dan bintang serta bulan untuk menerangi jagat raya.
Matahari diciptakan oleh Allah untuk menerangi siang hari dan bintang serta bulan diciptakan oleh Allah untuk menerangi malam hari.
Allah melihat semua yang diciptakannya baik adanya, maka Allah melanjutkan penciptaanNya.
Setelah Allah menciptakan langit dan bumi, Allah kemudian menciptakan malaikat-malaikatnya untuk membantunya.
Allah melihat semua yang diciptakannya baik adanya, maka Allah melanjutkan penciptaanNya.
Pada hari terakhir Allah menciptakan manusia yang secitra denganNya.
Dan ditempat manusia di kebun firdaus.
 
Allah penguasa langit dan bumi melihat bahwa langit dan bumi sudah terbentuk tetapi air masih menguasai bumi, maka dengan kuasa dan dengan perantaraan Sabdanya Allah memisahkan lautan dengan daratan.
Hari demi haripun berganti, terjadilah Perkawinan Malaikat-malaikat Allah yang melahirkan anak-anak malaikat.
Anak-anak Malaikat ini ada yang menguasai lautan dan ada yang menguasai daratan.
Serta ada yang sebagai panglima tentara Allah.
 
Namun karena panasnya matahari yang begitu menyengat sehingga anak-anak Allah tidak mampu bertahan maka mengadulah mereka kepada Allah Bapa Sang Pencipta.
 
Melihat hal ini Allah Bapa Sang Pencipta
dengan kuasanya menumbuhkan tumbuh-tubuhan di bumi agar bumi tidak terlalu panas sehingga kehidupan-kehidupan lainnya bisa berkembang.
 
Ada tumbuhan yang diciptakan oleh Allah sebagai peneduh, ada yang ciptakan sebagai obat penyembuh penyakit dan ada yang diciptakan sebagai pelindung rumah.
 
Manusia yang diciptakan oleh Allah itu kian hari kian bertambah besar,
Maka Kini timbul keinginan manusia tersebut untuk melanjutkan keturunannya, dengan dasar ini maka atas restu Sang Pencipta , manusia tersebut kemudian menikah dengan seorang peri dari laut.
Dari perkawinan mereka melahirkan manusia –manusia baru dan salah seorangnya menempati pulau Flores tepatnya ditana Lamaholot, Tana Timu Mata Rera Gere.
Manusia pertama yang menempati pulau Flores tepatnya di tana Lamaholot, tana Timu Matan Rera gere ini kemudian besar menikah kembali dengan peri dari laut tepatnya dinuha wato peni bota kolo roen dan dari perkawinan mereka melahirkan Pati gokok wela Roja
 
Pati gokok Wela Roja setelah dewasa menikah kembali dengan peri dari laut yang bernama hari Geda Rade Bota Em Peni .
 
Setelah menikah, pasangan suami isteri Pati Gokok Wela Roja dan Hari Geda rade Bota Em Peni meminta dan memohon kepada Allah Bapa Penguasa Langit dan bumi untuk menjadikan sebuah gunung, dan Allah Sang Pencipta pun mengabulkan permohonan mereka dan dengan Sabdanya Allah menjadikan sebuah gunung bungsu yang berada diujung timur Pulau Flores
Dan setelah gunung itu ada Pati gokok Wela Roja bersama isterinya yang bernama Hari geda Rade Bota Em Peni tinggal dan menetap diatas kawah puncak gunung tersebut. Tempat itu diberi nama”‘Teti Onon Liku Sina Teti Budi Nama Jawa”. Pada saat mereka tinggal dan menetap dikawah dipuncak gunung tersebut muncul juga “Nuba nara” sebagai tempat pemujaan terhadap Allah Bapa Sang Pencipta langit dan Bumi, dan Pati Gokok Wela Roja memberi nama Nuba Nara tersebut dengan nama “ Nuba Pati Gokok Bela Wela Roja, Nuba sabok Bura Bela Laka mea”. Ditempat ini dan dari perkawinan mereka tersebut, mereka dikarunia seorang Putra dan Pati Gokok Wela Roja memberi nama Putra mereka tersebut dengan nama Talu Suba Laga Doni-tana tawa nae tawa-eka gere nae gere, artinya Talu Suba lahir bersamaan dengan terjadinya gunung tersebut. Dan untuk mengabadikan nama anak mereka tersebut maka Pati Gokok Wela Roja menamakan gunung tersebut dengan nama Ile Talu Suba-Woka laga Doni yang kemudian hari dikenal dengan nama Ile mandiri Woka Tana Lolon.
 
Talu Suba Laga Doni setelah dewasa ia menikah dengan peri yang menguasai daratan. Dari perkawinan mereka melahirkan seorang Putra yang diberi nama “ Regi dagar Ile Ama – Parasida Lia Ina. Tempat kelahiran Regi Gagar Ile Ama ini di sebuah jurang sangat dalam dipuncak gunung Talu Suba Laga Doni (puncak gunung mandiri). Tempat ini dikenal dengan nama “Ile Aen” atau wai raa” .
 
Setelah Regi Dagar Ile Ama-Parasida Lia Ina Dewasa, ia menikah dengan peri Penguasa daratan dan melahirkan dua orang putra dan seorang putri.
Putra pertama mereka bernama Raja Gawi Take Tua Ile Ama-Suba Pusa Lima Teme.
Putra kedua bernama La Ile.
Putri bungsu mereka bernama “Sabu Bedulo Peni bereri.
 
Pada suatu malam dipuncak gunung Ile Talu Suba Woka Laga Doni yang begitu dingin, Sabu Bedulo Peni Bereri memasang atau menghidupkan api unggun. Disaat itu ada seorang manusia yang bernama Pati Tupi Beda Gerakit ( Gerasi Tasik ) yang sedang berburu melihat nyala api dipuncak gunung maka timbul keinginannya untuk menuju kearah sumber api itu. Setelah sampai di tempat sumber api dia kemudian naik kepohon Kung dan bersembunyi dibalik ranting kayu tersebut. Namun persembunyiannya diketahui oleh Sabu bedulo Peni Bereri maka Sabu Bedulu Peni Bereri meminta Pati Tupi Beda gerakit untuk turun dari pohon. Dan setelah Pati Tupi Beda Gerakit turun dari pohon, Sabu Bedulo Peni Bereri kemudian mengajak Pati Tupi Beda Gerakit menemui Saudaranya. Atas Persetujuan kedua Saudaranya, Pati Tupi Beda Gerakit kemudian menikah dengan Sabu Bedulo Peni Bereri. Dari perkawinan antara Pati Tupi Beda garakit dengan Sabu Bedulo Peni Bereri melahirkan Suku Kung dan Suku Mukin di Lewotobi dan Wato Tika Ile.
 
Raja Gawi Take Tua Ile Ama-Suba pusa Lima Teme, setelah dewasa ia kemudian pindah dari Gunung Talu Suba atau gunung Mandiri ke Gunung atau Ile Kerewak Belu Nebo Ketou Hada Dike tepatnya di lewo Likat(Luo Bala Eba). Ditempat ini Raja Gawi Take menetap lama. Dari tempat ini pula Raja Gawi take mempersunting Bota waen Terata Geto anak dari Raja Demo Dera Tua Lagu Laat, yang pada waktu itu menetap di Lewo Mita Bao Bele-Tana Kaha Kebo Wato Ara.
 
Dari perkawinan antara Raja Gawi Take Tua Ile Ama dengan Bota Waen Terata Geto melahirkan dua orang putra yakni : yang sulung bernama Ado Bala Liku Duli, Lodo Liko Duli Lali atau sering disebut dengan Raja Ado Bala Tua Ile Ama dan yang bungsu bernama : Sanga Nara Suba Ama, Gere Pepak Lolon Rae.
 
Raja Adobala Tua Ile Ama setelah dewasa kemudian menikah dengan Tonu Nogo Gunu-Wujo Ema Hingi asal suku Gui Rugi Wung Tajo Wekak (Beguir) dari Soge Kewa dan setelah pindah ke Wailolong mereka kemudian mengubah suku Gui Rugi Wung Tajo wekak menjadi suku Daton Ama Rere.
Dari Perkawinan Raja Adobala Tua Ile Ama dengan Tonu Nogo Gunu-Wujo Ema Hingi melahirkan seorang putra yang diberi nama “Liku Lele Ama-Lela Lelu Arin.
 
Liku Lele Ama-Lela Lelu Arin setelah dewasa ia kemudian pindah dan menetap di Desa Bantala tepat di Lewo Kidi Belu Bata-Tana Kebakut Rian Buno.
Setelah lama menetap ditempat tersebut Liku Lele Ama-Lela Lelu Arin kemudian pindah dan menetap di Lewo Golit Wolor – Tana Aho Bali (sekarang masuk wilayah desa Bantala).
Disini Liku Lele Ama-Lela Lelu Arin menetap hanya sementara kemudian ia berpindah tempat dan akhirnya menetap di Lewo Tapo Lama Wae-Tana Bunga Lama Nele (sekarang masuk wilayah Desa wailolong). Di Lewo Tapo Lama Wae Tana Bunga Lama Nele ini, Liku Lele Ama-Lela Lelu Arin kemudian menikah dengan Grasia Fernandez asal Bangsa Portugis yang pada saat itu tinggal didataran Oka tepat di Hali Oke Onon Boko Beliti Ama. Dan dari perkawinan antara Liku Lele Ama-Lela Lelu Arin dengan Grasia Fernandez melahirkan dua orang anak yang seorang Laki-laki dan seorang perempuan, laki-laki itu bernama Bada dan perempuan bernama Nogo Gunu Ema Hingi. Nogo Gunu Ema Hingi setelah dewasa kemudian menikah dengan Lado Majo Lolo Lou ( sekarang turunan Suku Lado Majo Desa Muda Putuk ).
Setelah Bada Liku Dewasa, ia kemudian menikah dengan Loda Tukan asal “suku Rian Tukan-Wung Male Angi” atau orang sering menyebutnya “Tukan lang Koda-Keri Male Angi”. Tempatnya Di Hali Oke Ono Boko Beliti Ama.
Dari perkawinan mereka melahirkan seoarang laki-laki Liku Bada dan seorang perempuan yang bernama Ema Hingi Nogo Gunu.
Ema Hingi setelah dewasa dengan Pusa anaknya Haru Nara Wung Soge (suku Molan Riangkemie ).
Liku Bada setelah dewasa berpindah dari Lewo Tapo lama Wae Tana Bunga Lama Nele ke Eba Bele Tana Nasar, tepatnya sekarang didaerah” Liku Berobok”.
Walaupun umur atau usia Liku Bada sudah tua tapi belum menikah juga maka Liku Bada dan Loli Waton pada saat mengolah kebun di lokasi yang bernama Wato Nara Lima mereka berdua sepakat apabila ada hasil panen yang bagus maka hasil panen itu akan mereka jual untuk membeli gading buat pinang seorang gadis buat Liku. Dan pada waktu itu hasil panen mereka bagus maka membeli gading dan meminang seorang gadis dari Lewo Tadon Adonara-Tana bui Koko Tobo, Ile Bukit Seburi Wurin Tawa-Woka Semada Dua Gere. Nama gadis itu adalah Tonu Bulu Latek Ina. Dan sejak saat itu Liku Bada masuk suku Waton dan mengubah nama Menjadi Liku Waton.
Dari Perkawinan antara Liku Waton dengan Tonu Bulu Latek Ina melahirkan tiga orang anak.
Yang sulung bernama Bala Waton, kemudian anak kedua bernama Kia Waton dan yang bungsu bernama Loda Waton.
Loda Waton setelah dewasa menikah Kobu Hurint (mela makin asal desa Wailolong).
 
Bala Waton setelah dewasa ia berpindah tempat ke Lewo Kemie Lama Dulu-Tana Ledo Lolo Lou.
Ditempat ini Bala Waton menikah dengan Lingi Kelen(Masan Doni Ama).
Dari perkawinan mereka melahirkan dua orang putra yakni Haja Waton dan Padak Waton.
 
Haja Waton setelah Dewasa menikah dengan Bunga Kelen melahirkan Lebu Waton dan Saudara-saudaranya.
Lebu Waton setelah Dewasa menikah dengan Kese Maran melahirkan Belawa Waton dan saudara-saudaranya.
Belawa waton setelah dewasa menikah dengan Peni Maran melahirkan Sadi Waton dan saudara-saudaranya.
Sadi Waton setelah dewasa menikah dengan Maria Maran melahirkan anak-anaknya.