Kota Padang: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Rahman Priadi (bicara | kontrib)
copyedit
Rahman Priadi (bicara | kontrib)
copyedit
Baris 94:
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM De rivier van Padang TMnr 3728-845.jpg|thumb|right|[[Pelabuhan Muara|Muara Padang]] pada tahun 1883–1889 ([[litografi]] berdasarkan [[cat air]] oleh [[Josias Cornelis Rappard]])]]
 
Tidak ada data yang pasti siapa yang memberi nama kota ini Padang. Diperkirakan kota ini pada awalnya berupa sebuah lapangan atau dataran yang sangat luas sehingga dinamakan ''Padang''. Dalam [[bahasa Minangkabau|bahasa Minang]], kata "padang" juga dapat bermaksud pedang.<ref>{{cite book|title=Paco-Paco (Kota) Padang|last=Colombijn|first=Freek|pages=55}}</ref> Menurut [[Tambo Minangkabau|tambo]] setempat, kawasan kota ini dahulunya merupakan bagian dari kawasan [[rantau]] yang didirikan oleh para perantau [[suku Minangkabau|Minangkabau]] dari [[Dataran Tinggi Minangkabau]] (''darek''). Tempat pemukiman pertama mereka adalah perkampungan di pinggiran selatan [[Batang Arau]] di tempat yang sekarang bernama [[Seberang Padang, Padang Selatan, Padang|Seberang Padang]].<ref>{{cite book|title=Paco-Paco (Kota) Padang|last=Colombijn|first=Freek|pages=56}}</ref> Seperti kawasan rantau Minangkabau lainnya, pada awalnya kawasan sepanjang pesisir barat Sumatera berada di bawah pengaruh [[Kerajaan Pagaruyung]].<ref>{{cite book |last=Cortesão|first=Armando|title=The Suma Oriental of Tomé Pires|year=1944|publisher=Hakluyt Society|location=London|volume=2}}</ref> Namun pada awal abad ke-17, kawasan ini telah menjadi bagian dari kedaulatan [[Kesultanan Aceh]].<ref>{{cite book |last=Kathirithamby-Wells|first=J|title=Achehnese Control over West Sumatra up to the Treaty of [[Painan]] of 1663. JSEAH 10. 3:453-479.|year=1969}}</ref><ref>{{cite web|last=Abdullah|first=Taufik|url=http://cip.cornell.edu/DPubS/Repository/1.0/Disseminate/seap.indo/1107140687/body/pdf|title=Some Notes on the Kaba Tjindua Mato: An Example of Minangkabau Traditional Literature|format=PDF|accessdate=2010-03-30}}</ref>
 
Kota Padang telah dikunjungi oleh pelaut Inggris pada tahun 1649,<ref>{{cite book|last=Keane|first=A.H.|title=Eastern Geography: A Geography of the Malay Peninsula, Indo-China, the Eastern Archipelago, the Philippines, and New Guinea|year=1892|publisher=E. Stanford}}</ref> kemudian mulai berkembang sejak kehadiran [[VOC]] (''Vereenigde Oost Indische Compagnie'') pada tahun 1663 yang diiringi dengan migrasi penduduk Minangkabau dari kawasan [[luhak]].<ref name="Freek">{{cite journal|last=Colombijn|first=Freek|title=Padang|volume=13|issue=4|year=1996|doi=10.1016/0264-2751(96)00010-8 |pages=281-288}}</ref> Selain memiliki muara yang bagus, VOC tertarik membangun [[Pelabuhan Muara|pelabuhan]] dan pemukiman baru di pesisir barat Sumatera untuk memudahkan akses perdagangan dengan kawasan pedalaman Minangkabau. Selanjutnya pada tahun 1668, VOC telah berhasil mengusir pengaruh Kesultanan Aceh dan menanamkan pengaruhnya di sepanjang pantai barat Sumatera, sebagaimana diketahui dari surat ''Regent'' Jacob Pits kepada [[Daftar Raja Pagaruyung|Raja Pagaruyung]] yang berisi permintaan dilakukannya hubungan dagang kembali dan mendistribusikan [[emas]] ke kota ini.<ref>NA. VOC 1277. ''Mission to Pagaruyung''. fols. 1027r-v.</ref> Dalam perkembangan selanjutnya, pada 7 Agustus 1669 terjadi pergolakan masyarakat [[Pauh, Padang|Pauh]] dan [[Koto Tangah, Padang|Koto Tangah]] melawan monopoli VOC. Meski dapat diredam oleh VOC, peristiwa tersebut kemudian diabadikan sebagai tahun lahir Kota Padang.<ref name="Pemda"/>
Baris 105:
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Bovenaanzicht van Padang aan de Padang rivier Sumatra`s Westkust TMnr 60003523.jpg|thumb|Muara Padang pada tahun 1895]]
 
Pada tahun 1837, pemerintah [[Hindia-Belanda]] menjadikan Padang sebagai pusat pemerintahan wilayah ''[[Pesisir Barat Sumatera]] (''Sumatra's Westkust'')<ref>Asnan, Gusti (2002). ''Transportation on the West Coast of Sumatra in the Nineteenth Century''. In: Bijdragen tot de Taal-, Land- en Volkenkunde, On the road The social impact of new roads in Southeast Asia 158. No. 4. Leiden. hlm. 727-741. [http://www.kitlv-journals.nl/index.php/btlv/article/view/1745/2506 www.kitlv-journals.nl].</ref> yang wilayahnya meliputi [[Sumatera Barat]] dan [[Tapanuli]] sekarang. Selanjutnya kota ini menjadi daerah ''gemeente'' sejak 1 April 1906 setelah keluarnya ''ordonansi'' (STAL 1906 No.151) pada 1 Maret 1906.
 
Menjelang masuknya tentara [[Pendudukan Jepang di Indonesia|pendudukan Jepang]] pada 17 Maret 1942, Kota Padang telah ditinggalkan begitu saja oleh Belanda karena kepanikan mereka. Pada saat bersamaan [[Soekarno]] sempat tertahan di kota ini karena pihak Belanda waktu itu ingin membawanya turut serta melarikan diri ke [[Australia]].<ref>{{cite book|title=Kesadaran Nasional: dari Kolonialisme Sampai Kemerdekaan|last=Muljana|first=Slamet|Volume=2|year=2008|publisher=PT LKiS Pelangi Aksara|id=ISBN 979-1283-57-5|pages=2}}</ref> Kemudian panglima Angkatan Darat Jepang untuk Sumatera menemuinya untuk merundingkan nasib Indonesia selanjutnya.<ref>{{cite book|title=K. H. Mas Mansur, 1896-1946|last=Aqsha|first=Darul|year=2005|publisher=Erlangga|id=ISBN 979-781-145-X|pages=72}}</ref> Setelah Jepang dapat mengendalikan situasi, kota ini kemudian dijadikan sebagai kota administratif untuk urusan pembangunan dan pekerjaan umum.<ref name="Mardanas"/>