Batik Jombang: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 2:
 
== Sejarah ==
Pada masa [[penjajahan Jepang]], batik di Jombang mulai menghilang sendiri. Hal ini dikarenakan oleh susahnya untuk mendapatkan bahan baku dan berkurangnya pembatik. Pada tahun [[1993]] Hj. Maniati bersama putrinya mempunyai gagasan dan keinginan untuk membangkitkan dan melestarikan kembali tradisi membatik di kota Jombang. Untuk mewujudkan keinginan dan gagasan tersebut, mereka bersilaturahmi ke kerabat yang lulus dari IKIP ([[Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan]] atau maktab keguruan) bidang pengkhususan kerajinan tangan. Mereka mengajukan permohonan ke Kepala Desa (Kepala Kampung) untuk minta izin mengumpulkan ibu-ibu PKK ([[Pendidikan Kesejahteraan Keluarga]]) dan remaja guna membicarakan pelatihan (workshop) membatik dan Kepala Desa menyetujuinya.
 
Dari proses tersebut di atas maka Ibu Hj. Maniati, Ibu-ibu PKK dan para remaja memulai belajar membatik dengan jenis batik jumput ([[batik ikat]]) dan hasilnya cukup menggembirakan, sehingga semangat untuk membatik cukup tinggi.
 
Pada tahun [[2000]] Ibu Hj. Maniati dipanggil oleh [[Dinas Perindustrian]] Kabupaten Jombang untuk membicarakan pelatihan/kursus/workshop. Pada 8-10 [[Februari]] 2000 Ibu Hj. Maniati beserta putrinya mengikuti kursus [http://www.kayanabatik.com batik tulis] Warna Alami di [[Surabaya]] yang dilaksanakan oleh “Dinas Perindustrian Propinsi Daerah Tingkat I” [[Jawa Timur]]. Dari hasil kursus ini Ibu Hj. Maniati beserta putrinya dan ibu-ibu PKK semakin rajin membatik. Pada bulan [[Desember]] 2000 Ibu Hj. Maniati meresmikan usaha batik dengan nama “Sekar Jati Star” di desa [[Jatipelem]]. Pada waktu yang sama Bapak Bupati (ketua daerah/DO) memutuskan untuk mengadakan kursus membatik di desa Jatipelem dengan peserta dari perwakilan wilayah kecamatan (mukim) se-kabupaten Jombang.