Sumatera Barat: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Rahman Priadi (bicara | kontrib)
Xqbot (bicara | kontrib)
k r2.7.3) (Robot: Mengubah pam:West Sumatra menjadi pam:Albugang Sumatra; kosmetik perubahan
Baris 46:
== Sejarah ==
{{utama|Sejarah Sumatera Barat}}
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM De woning van de gouverneur aan de westkust van Sumatra TMnr 3728-846.jpg|thumb|254px|Kediaman [[gubernur]] ''Westkust van Sumatra'' atau "pantai barat Sumatera" ([[litografi]] berdasarkan lukisan oleh [[Josias Cornelis Rappard]], 1883-1889)]]
Cikal bakal nama Provinsi Sumatera Barat dimulai pada zaman [[Vereenigde Oostindische Compagnie]] (VOC), digunakan untuk sebutan wilayah administratifnya yakni ''Hoofdcomptoir van Sumatra's westkust''. Kemudian dengan semakin menguatnya pengaruh politik dan ekonomi VOC, sampai abad ke 18 wilayah administratif ini telah mencangkup kawasan pantai barat Sumatera mulai dari Barus sampai Inderapura.<ref name="Gusti"/>
 
Seiring dengan kejatuhan [[Kerajaan Pagaruyung]], dan keterlibatan [[Belanda]] dalam [[Perang Padri]], pemerintah [[Hindia Belanda]] mulai menjadikan kawasan pedalaman [[Minangkabau]] sebagai bagian dari ''Pax Nederlandica'', kawasan yang berada dalam pengawasan Belanda, dan wilayah Minangkabau ini dibagi atas ''Residentie Padangsche Benedenlanden'' dan ''Residentie Padangsche Bovenlanden''.<ref name="Amran">{{cite book|first=Rusli|last=Amran|authorlink=Rusli Amran|year=1981|title=Sumatra Barat hingga Plakat Panjang|publisher=Penerbit Sinar Harapan}}</ref>
 
Selanjutnya dalam perkembangan administrasi pemerintahan kolonial Hindia Belanda, daerah ini tergabung dalam ''Gouvernement Sumatra's Westkust'' termasuk wilayah ''Residentie Bengkulu'' yang baru diserahkan [[Inggris]] kepada Belanda. Kemudian diperluas lagi dengan memasukan [[Tapanuli]], dan [[Singkil]]. Namun pada tahun [[1905]], wilayah Tapanuli ditingkatkan statusnya menjadi ''Residentie Tapanuli'', sedangkan wilayah [[Singkil]] diberikan kepada ''Residentie Atjeh''. Kemudian pada tahun [[1914]], Gouvernement Sumatra's Westkust, diturunkan statusnya menjadi ''Residentie Sumatra's Westkust'', dan menambahkan wilayah [[Kepulauan Mentawai]] di [[Samudera Hindia]] ke dalam ''Residentie Sumatra's Westkust'', serta pada tahun [[1935]] wilayah [[Kerinci]] juga digabungkan ke dalam ''Residentie Sumatra's Westkust''. Sementara wilayah [[Rokan Hulu]] dan [[Kuantan Singingi]] diberikan kepada ''Residentie Riouw'' pasca pemecahan ''Gouvernement Sumatra's Oostkust'', serta juga membentuk ''Residentie Djambi'' pada periode yang hampir bersamaan.<ref name="Gusti"/>
 
Pada masa pendudukan tentara [[Jepang]], Residentie Sumatra's Westkust berubah nama menjadi ''Sumatora Nishi Kaigan Shu''. Atas dasar geostrategis militer, daerah [[Kampar]]/ [[Bangkinang]] dikeluarkan dari ''Sumatora Nishi Kaigan Shu'' dan dimasukkan ke dalam wilayah ''Rhio Shu''.<ref name="Gusti"/>
Baris 167:
Pemerintahan nagari merupakan suatu struktur pemerintahan yang otonom, punya teritorial yang jelas dan menganut adat sebagai pengatur tata kehidupan anggotanya<ref>Haris, Syamsuddin, 2005, ''Pemilu langsung di tengah oligarki partai: proses nominasi dan seleksi calon legislatif Pemilu 2004'', Gramedia Pustaka Utama, ISBN 978-979-22-1695-0.</ref>, sistem ini kemudian disesuaikan dengan konstitusi yang berlaku di Indonesia, sekarang pemerintah provinsi Sumatera Barat menetapakan pemerintah nagari sebagai pengelola otonomi daerah terendah untuk daerah [[kabupaten]] mengantikan istilah ''pemerintah desa'' yang digunakan sebelumnya. Sedangkan untuk nagari yang berada pada sistem pemerintahan [[kota]] masih sebagai lembaga adat belum menjadi bagian dari struktur pemerintahan daerah.
Nagari pada awalnya dipimpin secara bersama oleh para [[penghulu]] atau [[datuk]] di nagari tersebut, kemudian pada masa pemerintah [[Hindia-Belanda]] dipilih salah seorang dari para penghulu tersebut untuk menjadi [[wali nagari]]. Kemudian dalam menjalankan pemerintahannya, wali nagari dibantu oleh beberapa orang kepala jorong atau ''wali jorong'', namun sekarang dibantu oleh ''sekretaris nagari'' (setnag) dan beberapa [[pegawai negeri sipil]] (PNS) bergantung dengan kebutuhan masing-masing nagari. Wali nagari ini dipilih oleh ''anak nagari'' (penduduk nagari) secara demokratis dalam pemilihan langsung untuk 6 tahun masa jabatan.
 
Dalam sebuah nagari dibentuk ''[[Kerapatan Adat Nagari]]'', yakni lembaga yang beranggotakan ''Tungku Tigo Sajarangan''. Tungku Tigo Sajarangan merupakan perwakilan anak nagari yang terdiri dari ''Alim Ulama'', ''Cadiak Pandai'' (kaum intelektual) dan ''Niniak Mamak'' para pemimpin suku dalam suatu nagari, sama dengan [[Badan Permusyawaratan Desa]] (BPD) dalam sistem administrasi desa. Keputusan keputusan penting yang akan diambil selalu dimusyawarahkan antara wali nagari dan Tungku Tigo Sajarangan di Balai Adat atau Balairung Sari Nagari.
Baris 225:
Berdasarkan data dari [[Badan Pusat Statistik]], Sumatera Barat tercatat sebagai salah satu provinsi dengan jumlah kunjungan wisatawan terbanyak.<ref>{{en}} [http://www.antaranews.com/en/news/71168/time-for-n-maluku-to-become-tourist-destination Time for N. Maluku to become tourist destination]. Antaranews. 8 Mei 2011. Diakses pada 21 November 2011.</ref> Sumatera Barat memiliki hampir semua jenis [[objek wisata]] alam seperti [[laut]], [[pantai]], [[danau]], [[gunung]] dan [[ngarai]], selain objek wisata budaya. Akomodasi [[hotel]] sudah mulai banyak mulai dari kelas melati sampai bintang empat. Agen tour dan travel di bawah keanggotaan [[ASITA]] Sumatera Barat sudah lebih dari 100 buah. Untuk melengkapi fasilitas penunjang pariwisata, pemerintah juga menyediakan kereta api wisata yang beroperasi pada jam-jam tertentu.
 
Objek-objek wisata yang dikunjungi para wisatawan di antaranya, [[Jembatan akar]] di kecamatan [[Bayang, Pesisir Selatan|Bayang]]; Rumah Gadang Mande Rubiah di [[Lunang Silaut, Pesisir Selatan|Lunang]]; Istana Kerajaan Inderapura di kecamatan [[Pancung Soal, Pesisir Selatan|Pancung Soal]]; [[Pulau Cingkuak]] dengan peninggalan Benteng [[Belanda]] dan [[Puncak Langkisau]] di [[Painan]], kabupaten [[Pesisir Selatan]], [[Danau Maninjau]] dan Puncak Lawang Embum Pagi di [[kabupaten Agam]], [[Lembah Anai]]; [[Istano Basa|Istano Basa Pagaruyung]], [[Danau Singkarak]] di [[kabupaten Tanah Datar]], [[Danau Talang]]; [[Danau Diatas]] dan [[Danau Dibawah]] dikenal juga dengan sebutan ''Danau kembar'' di [[kabupaten Solok]], Panorama [[Ngarai Sianok]]; [[Fort de Kock (benteng)|Benteng Fort de Kock]]; [[Jam Gadang]] di [[kota Bukittinggi]], Pantai Air Manis; Pantai Muaro; Pantai Caroline; [[Pulau Sikuai]] di [[kota Padang]], Tempat wisata Harau di [[kabupaten Lima Puluh Kota]], Tempat wisata Ngalau di [[kota Payakumbuh]], Candi Padang; [[Prasasti Padang Roco]] di [[Kabupaten Dharmasraya]], Pantai Kata; [[Pantai Gandoriah]] di [[kota Pariaman]], Pantai Arta; Malibo Anai di [[kabupaten Padang Pariaman]].
 
Sementara itu berbagai informasi dan literatur sejarah mengenai Sumatera Barat dan kebudayaan [[Minangkabau]] secara umum dapat dijumpai di [[Pusat Dokumentasi dan Informasi Kebudayaan Minangkabau]] (PDIKM), yang terletak di tengah-tengah objek wisata [[Perkampungan Minangkabau]] (''Minangkabau Village'') di [[kota Padang Panjang]]. Di PDIKM terdapat berupa dokumentasi foto mikrograf surat kabar, pakaian tradisional, kaset rekaman lagu daerah, dokumentasi surat-surat kepemerintahan dan alur sejarah masyarakat Minangkabau secara terperinci khususnya semenjak abad 18 (periode penjajahan Belanda) hingga era 1980'an. Selain itu sumber literatur lain dapat ditelusuri di Perpustakaan [[KITLV]] (''Koninklijk Instituut voor Taal-, Land- en Volkenkunde'') dan di Perpustakaan [[Universitas Leiden]], dua-duanya di [[Leiden]], [[Belanda]].
Baris 252:
 
=== Tarian tradisional ===
Secara garis besar seni tari dari Sumatera Barat adalah dari adat budaya etnis [[suku Minangkabau|Minangkabau]] dan etnis [[suku Mentawai|Mentawai]]. Kekhasan seni tari Minangkabau umumnya dipengaruhi oleh agama [[Islam]], keunikan adat [[matrilineal]] dan kebiasan [[merantau]] masyarakatnya juga memberi pengaruh besar dalam jiwa sebuah tari tradisi yang bersifat klasik, di antaranya [[Tari Pasambahan]], [[Tari Piring]], [[Tari Payung]] dan [[Tari Indang]]. Sementara itu terdapat pula suatu pertunjukan khas etnis Minangkabau lainnya berupa perpaduan unik antara seni bela diri yang disebut ''[[silek]]'' dengan tarian, nyanyian dan seni peran (''acting'') yang dikenal dengan nama [[Randai]].<ref>Pauka K., (1998), ''Theater and martial arts in West Sumatra: Randai and silek of the Minangkabau'', Ohio University Press, ISBN 978-0-89680-205-6.</ref>
 
Sedangkan untuk tarian khas etnis Mentawai disebut ''Turuk Laggai''. Tarian [[Turuk Langai]] ini umumnya bercerita tentang tingkah laku hewan, sehingga judulnya pun disesuaikan dengan nama-nama hewan tersebut, misalnya tari burung, tari monyet, tari ayam, tari ular dan sebagainya.<ref>www.indosiar.com [http://www.indosiar.com/ragam/86393/sajian-tarian-khas-mentawai Sajian Tarian Khas Mentawai] (diakses pada 25 juli 2010)</ref>
Baris 354:
[[nl:West-Sumatra]]
[[no:Sumatera Barat]]
[[pam:WestAlbugang Sumatra]]
[[pl:Sumatra Zachodnia]]
[[pnb:صوبہ لہندا سماٹرا]]