Kesultanan Deli: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
MerlIwBot (bicara | kontrib)
Baskoro Aji (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 1:
{{refimprove}}
{{Infobox Former Country
|native_name = Kesultanan ''Deli''
|conventional_long_name = Negeri Kesultanan Deli
|common_name = ''Kesultanan Deli''
|continent = [[Asia]]
|region = [[Asia Tenggara]]
Baris 9 ⟶ 8:
|religion = [[Islam]]
|image_flag = Bendera Negeri Deli.JPG
|image_coat = LambangCOLLECTIE kesultananTROPENMUSEUM deliFamiliewapen van de Sultan van Deli TMnr 6251-1.jpg
|symbol_type =
|p1 = Kesultanan Aceh
|p2 =
|s1 = Indonesia
|s2 =
|flag_p1 = Flag of the Aceh Sultanate.png
|flag_p2 =
|flag_s1 = Flag of Indonesia.svg
|year_start = 1630
|year_end = 19451946
|date_start =
|date_end =
|event_start =
|event_end = Kemerdekaan Indonesia
|image_map = Istana maimoon.jpg
|caption = [[Istana Maimun]]
|capital = [[Deli Tua, Deli Tua, Deli Serdang|Deli Tua]], [[Labuhan Deli, Deli Serdang|Labuhan Deli]], [[Kota Medan]]
|common_languages = [[Bahasa Melayu|Melayu]]
Baris 35:
 
== Sejarah ==
Menurut ''Hikayat Deli'', seorang pemuka [[Aceh]] bernama [[Muhammad Dalik]] berhasil menjadi laksamana dalam [[Kesultanan Aceh]]. Muhammad Dalik, yang kemudian juga dikenal sebagai Gocah Pahlawan dan bergelar Laksamana Khuja Bintan (ada pula sumber yang mengeja Laksamana Kuda Bintan), adalah keturunan dari Amir Muhammad Badar ud-din Khan, seorang bangsawan dari [[Delhi]], [[India]] yang menikahi Putri Chandra Dewi, putri Sultan [[SamudraSamudera Pasai]]. Dia dipercaya Sultan Aceh untuk menjadi wakil bekas wilayah Kerajaan Haru yang berpusat di daerah sungai Lalang-Percut.
 
Dalik mendirikan Kesultanan Deli yang masih di bawah Kesultanan Aceh pada tahun [[1630]]. Setelah Dalik meninggal pada tahun 1653, putranya [[Tuanku Panglima Perunggit]] mengambil alih kekuasaan dan pada tahun 1669 mengumumkan memisahkan kerajaannya dari Aceh. Ibu kotanya berada di Labuhan, kira-kira 20 km dari Medan.
 
Sebuah pertentangan dalam pergantian kekuasaan pada tahun [[1720]] menyebabkan pecahnya Deli dan dibentuknya [[Kesultanan Serdang]]. Setelah itu, Kesultanan Deli sempat direbut [[Kesultanan Siak Sri Indrapura]] dan Aceh.
 
Pada tahun [[1858]], Tanah Deli menjadi milik [[Belanda]] setelah Sultan Siak, [[Sultan Al-Sayyid Sharif Ismail|Sharif Ismail]], menyerahkan tanah kekuasaannya tersebut kepada mereka. Pada tahun [[1861]], Kesultanan Deli secara resmi diakui merdeka dari Siak maupun Aceh. Hal ini menyebabkan Sultan Deli bebas untuk memberikan hak-hak lahan kepada Belanda maupun perusahaan-perusahaan luar negeri lainnya. Pada masa ini Kesultanan Deli berkembang pesat. Perkembangannya dapat terlihat dari semakin kayanya pihak kesultanan berkat usaha perkebunan terutamanya [[tembakau]] dan lain-lain. Selain itu, beberapa bangunan peninggalan Kesultanan Deli juga menjadi bukti perkembangan daerah ini pada masa itu, misalnya [[Istana Maimun]].
 
Kesultanan Deli masih tetap eksis hingga kini meski tidak lagi mempunyai kekuatan politik setelah berakhirnya [[Perang Dunia II]] dan diproklamasikannya kemerdekaan Indonesia.