Galela, Halmahera Utara: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Manyila (bicara | kontrib)
kTidak ada ringkasan suntingan
Manyila (bicara | kontrib)
kTidak ada ringkasan suntingan
Baris 28:
 
Pemukiman orang Tobelo terbagi menjadi dua antara tahun 1606 sampai tahun 1656. Kedua komunitas terletak di pedalaman sampai sebelum tahun 1686, salah satunya bergerak ke tepi pantai dan menempati tanah tidak bertuan yang dulunya merupakan pemukiman orang Moro. Disana mereka membangun pemukiman, Tobelo-tai dan pada akhir abad ke-17 pemukiman di pinggir pantai yaitu Mawea ditambahkan. Komunitas yang lain, Tobelo-tia tetap berada di Danau Lina.
 
(kemudian tidak ada catatan sejarah tentang Tobelo selama sekitar 150 tahun)
 
Baru pada tahun 1855 nama Tobelo kembali muncul, saat penduduk “kampong Tobelo” menolak untuk menyerahkan seorang bajak laut bernama bernama Laba kepada komandan kapal perang “Vesuvius”. Sang komandan kemudian memerintahkan untuk memborbardir kampung tersebut. Di lokasi tersebut,dikenal sebagai “Berera Ma Nguku” (‘kampung terbakar’ dalam bahasa Tobelo) yang saat ini letaknya di desa Gamhoku (‘kampung terbakar’ dalam bahasa Ternate). Setelah penghancuran, penduduknya dipindahkan ke lokasi yang berhadapan dengan pulau Kumo, dimana Gubernur Belanda untuk Maluku memerintahkan membangun pemukiman baru. Kampung ini dikenal sebagai “Berera Ma Hungi” (‘kampug baru’ dari bahasa Tobelo) dan sekarang dikenal dengan nama dari bahasa Ternate yaitu Gamsungi, dengan arti yang sama (kampung baru). Tapi pada saat itu, pemukiman orang Tobelo sudah menyebar di sepanjang pantai daerah Tobelo sekarang dan beberapa bagian pulau Morotai. Tahun 1856, penduduk Tobelo dikabarkan hidup di sembilan domain (negeri atau hoana) yang mana empat diantaranya dihuni yaitu Liena (Lina), Liebatto (Huboto), Laboewah-lamo (Hibua Lamo) dan Nomo (Momulati). Negeri-negeri yang lain ditambahkan pada ke-empat negeri ini dan “tidak lagi menyandang nama negeri”. Pengurangan dari sembilan ke empat negeri ini kemudian dihubungkan dengan administrasi pemerintah Belanda. Campen melaporkan pada tahun 1883 bahwa kesembilan negeri (hoana) ini adalah Katana,Mawea,Patja,Jaro,Saboea Lamo,Lina,Sibotto, Momulati dan Mede tapi “pemerintahan kita (Belanda) membuat pembagian yang sewenang-wenang ke dalam tujuh bagian (hoana), kemudian menjadi lima, dan sekarang...... pembagian ke dalam empat negeri dikembangkan”. Keempat negeri , yaitu Momulati, Lina, Sibotto dan Saboea Lamo, bersama-sama membentuk ibu kota (hoofplast) Tobello. Sebagai tambahan, Campen menyusun daftar dua puluh empat pemukiman Tobelo, hampir semuanya dinamai sesuai dengan nama sungai, atau bentukan pantai (tanjung,teluk atau pulau) dimana mereka tinggal. Dan satu abad kemudian, pada awal 1980-an, ini adalah bentuk yang mana orang Tobelo mengidentifikasi wilayahnya: dua puluh dua pemukiman, yang semuanya terletak di pinggir pantai dan dinamai sesuai dengan kali,sungai, atau teluk dimana mereka tinggal, dikelompokkan ke dalam empat (atau lima) wilayah domain (ma hoana) yaitu Lina, Huboto, Momulati, dan Hibua Lamo (hoana Hibua Lamo berasal dari hoana Gura dan kemudian menggantikan hoana tersebut). Bersama-sama, keempat hoana ini membentuk O Tobelohoka manga ngi, “wilayah Tobelo”.
 
== ORANG MORO DI BUMI HALMAHERA ==
 
Ketika Portugis tiba di maluku pada pertengahan abad ke-16, mereka menemukan bahwa pantai timur Halmahera, yang disebut Morotia, dan pulau Morotai dihuni oleh orang-orang yang dikenal sebagai “Orang Moro”.Di wilayah -yang sekarang ini dihuni oleh orang Tobelo dan Galela- orang Moro banyak membangun perkampungan di pesisir pantai. Di tahun 1556, ada 46 atau 47 perkampungan Moro, yang masing-masing kampung berpenduduk sekitar 700 sampai 800 penduduk. Di jazirah utara,perkampungan Moro ditemukan dari Tanjung Bisoa di utara sampai Cawa di selatan - dekat kota Tobelo sekarang ini. Pulau Morotai dan pulau Rau yang lebih kecil dihuni secara eksklusif oleh orang Moro. Pada tahun 1588 ada sekitar 29 pemukiman di sana. Jumlah yang sama dilaporkan pada pada tahun 1608.
Baris 208 ⟶ 207:
Artikel di IIAS Newsletter edisi 36 Maret 2005
Didasarkan pada disertasi Phd Esther Velthoen di Murdoch University tahun 2002 dengan judul “Contested Coastlines : Diaspora,Trade and Colonial Expansion in Eastern Sulawesi 1680-1905”
 
Terjemahan Edward Djawa
 
== Geografis ==
 
Luas wilayah Galela adalah 720 KM yang membawahi 23 desa, yang dibagi kedalam dua bagian yaitu 11 desa berada di pesisir pantai dan 12 desa berada di pedalaman. Pada tahun 2006 atas tuntutan masyarakat, Galela dibagi dalam 4 kecamatan, yaitu 2 Kecamatan berada di pesisir pantai yakni Kecamatan Galela dan Kecamatan Galela Utara, sedangkan 2 kecamatan lagi berada di pedalaman yaitu kecamatan Galela Selatan dan Kecamatan Galela Barat dan dengan dimekarkankannya kecamatan diikuti dengan pemekaran desadesa yang jumlah penduduknya diatas 1000-5000 jiwa, seperti Soasio dimekarkan menjadi 3 desa(Galela), dan Togawa dimekarkan menjadi 2 desa(Galela Selatan), Bale dimekarkan menjadi 2 desa(Galela Selatan), Soatobaru dimekarkan menjadi 2 Desa, Dokulamo Dimekarkan Menjadi 2 Desa(Galela Barat) dan Saluta dimekarkan Menjadi 2 Desa(Galela Utara). Maka jumalah desa di 4 Kecamatan tersebut adalah 39 Desa dengan perinciannya adalah :
- Kecamatan Galela membawahi 7 Desa
Baris 217:
- Kecamatan Galela Selatan membawahi 7 Desa
Sekalipun Galela sudah di mekarkan menjadi empat kecamatan, akan tetapi masyarakat Galela secara keseluruhan masih merasakan bahwa suku Galela masih tetap satu dan selamanya akan tetap menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam rangka memupuk tali persaudaraan yang sejati.
 
 
== Fasilitas ==
 
* Bandar Udara Gamarmalamo, Terminal darat Soasio, Pelabuhan Laut, dan mempunyai akses baik.
* Pariwisata: Danau Galela, Pantai Somola, Pantai Hela,Ake Sahu Mamuya,Gunung Dokuno, Gunung Tarakani, Meriam Pune peninggalan PD Ke-2, telur Mamua.
 
== Keadaan Alam ==
 
Galela adalah sebuah wilayah yang beriklim tropis, maka keadaan alamnya sangat menentukan potensi bagi penghidupan masyarakat petani, sebab pertanian merupakan sumber mata pencaharian masyarakat setempat. Dan yang sangat menarik dari wilayah tersebut adalah terdapat sebuah danau yang besar, dimana danau ini dikelilingi oleh desa-desa yang berada dipedalaman yakni di kecamatan Galela Selatan Dan Kecamatan Galela Barat, sehingga semakin menambah keindahan panorama alam disekitarnya diamana sekarang oleh pemerintah Kabupaten Halmahera Utara telah menetapkan danau Galela sebagai tempat wisata Danau sehingga sekarang masyarakat Halmahera Utara di setiap hari libur selalu berkunjung ke tempat ini, tempat wisata danau ini tepat berada di kecamatan Galela Barat. Sedangkan Di Kecamatan Galela Selatan Terdapat Restoran terapung di atas danau dengan fasilitas ikan Mujair bakar segar.
 
== Keadaan Demografis ==
 
Masyarakat Galela adalah masyarakat yang heterogen, yakni selain terdapat penduduk asli Galela juga terdapat masyarakat pendatang yaang berdomisili di wilayah ini, yaitu ada suku Bugis, Toraja, Buton, Minang, Batak, Jawa, Sanger dan Kalimantan (dayak) dengan jumlah yang berfariasi. Berdasarkan data statistik tahun 2007, jumlah penduduk di 4 wilayah kecamatan ini adalah sebanyak 31106 jiwa dengan perincian di empat kecamatan tersebut adalah sebagai berikut:
 
== Gambar ==
 
<gallery>
Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Moskee TMnr 10016673.jpg|Mesjid dengan corak khas Galela (sekitar tahun 1930)