Ritual Bakar Tongkang: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
LeoNzZz (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Aldo samulo (bicara | kontrib)
Baris 20:
Sebagai wujud terima kasih kepada dewa laut Kie Ong Ya, para perantau memutuskan untuk membakar [[Tongkang]] yang ditumpangi mereka sebagai sesajen kepada dewa laut. <ref>[http://www.indonesiamedia.com/2011/07/14/budaya-bakar-tongkang-di-bagan-siapi-api-dan-patung-budha-rupang-di-t-balai/ "Budaya Bakar Tongkang di Bagansiapiapi"] ''[[Indonesia Media]]'', 14 Juli 2011</ref>.
 
Mereka yang merasa menemukan daerah tempat tinggal yang lebih baik segera mengajak sanak-keluarga dari Negeri [[Tirai Bambu]] sehingga pendatang [[Tionghoa]] semakin banyak. Keahlian menangkap ikan yang dimiliki oleh nelayan tersebut mendorong penangkapan hasil laut ygyang terus berlimpah. Hasil laut berlimpah tersebut di-ekspor ke berbagai benua lain hingga [[Bagansiapiapi]] menjadi penghasil ikan laut terbesar ke-2 di dunia setelah [[Norwegia]].
 
Perdagangan di [[selat Melaka]] semakin ramai hingga membuat [[Belanda]] melirik [[Bagansiapiapi]] sebagai salah satu basis kekuatan laut [[Belanda]], yang kemudian oleh [[Belanda]] membangun pelabuhan yang di [[Bagansiapiapi]], konon katanya pelabuhan tersebut adalah pelabuhan paling canggih saat itu di [[selat Melaka]].