Daerah Istimewa Yogyakarta: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Baris 50:
==Pemerintahan==
Dasar filosofi pembangunan daerah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta adalah Hamemayu Hayuning Bawana, sebagai cita-cita luhur untuk menyempurnakan tata nilai kehidupan masyarakat Yogyakarta berdasarkan nilai budaya daerah yang perlu dilestarikan dan dikembangkan.▼
=== Umum ===
▲Dasar filosofi pembangunan daerah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta adalah Hamemayu Hayuning Bawana, sebagai cita-cita luhur untuk menyempurnakan tata nilai kehidupan masyarakat Yogyakarta berdasarkan nilai budaya daerah yang perlu dilestarikan dan dikembangkan. Dasar filosofi yang lain adalah Hamangku-Hamengku-Hamengkoni, Tahta Untuk Rakyat, dan Tahta untuk Kesejahteraan Sosial-kultural.
===Landasan Yuridis Konstitusional===
Pemerintah '''Daerah Istimewa Yogyakarta''' secara legal formal dibentuk dengan [['''UU Nomor 3 Tahun 1950''']] (Berita Negara Tahun 1950 Nomor 3) dan '''UU Nomor 19 Tahun 1950''' (Berita Negara Tahun 1950 Nomor 48) serta diberlakukan mulai 15 Agustus 1950 dengan '''PP Nomor 31 Tahun 1950''' (Berita Negara Tahun 1950 Nomor 58). UU Nomor 3 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah Istimewa Yogyakarta adalah ''sangat singkat'' (hanya 7 pasal dan sebuah lampiran daftar kewenangan otonomi). UU tersebut hanya mengatur wilayah dan ibu kota, jumlah anggota DPRD, macam kewenangan Pemerintah Daerah Istimewa, serta aturan-aturan yang sifatnya adalah peralihan. '''UU Nomor 19 Tahun 1950''' sendiri adalah ''perubahan'' dari '''UU Nomor 3 Tahun 1950''' yang berisi penambahan kewenangan bagi Daerah Istimewa Yogyakarta.
Pembagian Daerah Istimewa Yogyakarta menjadi ''kabupaten-kabupaten dan kota'' yang berotonomi diatur dengan '''UU Nomor 15 Tahun 1950''' (Berita Negara Tahun 1950 Nomor 44) dan '''UU Nomor 16 Tahun 1950''' (Berita Negara Tahun 1950 Nomor 45). Kedua undang-undang tersebut diberlakukan dengan '''PP Nomor 32 Tahun 1950''' ( Berita Negara Tahun 1950 Nomor 59). Menurut undang-undang tersebut Daerah Istimewa Yogyakarta dibagi menjadi kabupaten-kabupaten:
''Bantul'' beribukota di ''Bantul'',
''Sleman'' beribukota di ''Sleman'',
''Gunung kidul'' beribukota di ''Wonosari'',
''Kulon Progo'' beribukota di ''Sentolo'', dan
''Adikarto'' beribukota di ''Wates''; serta
sebuah ''Kota Besar Yogyakarta''.
Untuk alasan ''efisiensi'', pada tahun 1951, kabupaten Adikarto yang beribukota di Wates '''digabung''' dengan kabupaten Kulon Progo yang beribukota di Sentolo menjadi ''Kabupaten Kulon Progo dengan ibu kota Wates''. Penggabungan kedua daerah ini berdasarkan '''UU Nomor 18 Tahun 1951''' (Lembaran Negara Tahun 1951 Nomor 101). Semua UU diatas dibentuk berdasarkan UU Pokok tentang Pemerintah Daerah (UU No 22 Tahun 1948). Semua UU mengenai pembentukan DIY dan Kabupaten dan Kota di dalam lingkungannya, dibentuk berdasarkan UU Pokok tentang Pemerintah Daerah (UU No 22 Tahun 1948).
Selanjutnya, demi kelancaran tata pemerintahan, sesuai dengan ''mosi Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Istimewa Yogyakarta'' Nomor 6/1952 tertanggal 24 September 1952, ''daerah-daerah enclave Imogiri, Kota Gede, dan Ngawen'' '''dilepaskan''' dari ''Propinsi Jawa Tengah dan kabupaten-kabupaten yang bersangkutan'' kemudian '''dimasukkan''' ke dalam wilayah ''Daerah Istimewa Yogyakarta dan kabupaten-kabupaten yang wilayahnya melingkari daerah-daerah enclave'' tersebut. Penyatuan enclave-enclave ini berdasarkan '''UU Darurat Nomor 5 Tahun 1957''' (Lembaran Negara Tahun 1957 Nomor 5) yang kemudian disetujui oleh DPR menjadi '''UU Nomor 14 Tahun 1958''' (Lembaran Negara Tahun 1958 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Nomor 1562).
==Pendidikan==
|