Hamka: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Baris 58:
[[Berkas:Al-Haram mosque - Flickr - Al Jazeera English.jpg|thumb|250px|left|Suasana pelaksanaan [[haji]] di [[Masjidil Haram]], [[Mekkah]]. Perjalanan Hamka ke Mekkah pada tahun 1927 meletupkan inspirasi baginya untuk menulis ''[[Di Bawah Lindungan Ka'bah]]'']]
 
Setelah setahun lamanya berada di Jawa, pada bulan Juli 1925 Hamka kembali ke Padang Panjang.{{sfn|Kenang-kenangan 70 tahun...|1983|pp=529}} Di Padang Panjang, ia menulis majalah pertamanya berjudul ''Chatibul Ummah'', yang berisikan kumpulan pidato yang didengarkannya di [[Surau Jembatan Besi]],{{sfn|Tamara, dkk|1983|pp=198}} dan Majalah ''Tabligh Muhammadiyah''.{{sfn|Abidin|2005|pp=231}} Di sela-sela aktivitasnya dalam bidang dakwah melalui tulisan, ia menyempatkan berpidato di beberapa tempat di Padang Panjang. Namun pada saat itu, semuanya justru dikritik tajam oleh ayahnya, "Pidato-pidato saja adalah percuma, isi dahulu dengan pengetahuan, barulah ada arti dan manfaatnya pidato-pidatomu itu"." Di sisi lain, ia juga tidak mendapatkan penerimaan baik dari masyarakat. Ia sering kali dicemooh sebagai "tukang pidato" yang tidak berijazah",{{sfn|Kenang-kenangan 70 tahun...|1983|pp=471}} bahkan ia sempat mendapat kritikan dari sebagian ulama karena ketika itu ia belum menguasai [[bahasa Arab]] dengan baik.{{sfn|Yusuf|2003|pp=46–47}} Berbagai kritikan yang ia terima di tanah kelahirannya, ia jadikan cambuk untuk membekali diri lebih matang.
 
Pada bulan Februari 1927, ia mengambil keputusan pergi ke [[Mekkah]] untuk memperdalam ilmu pengetahuan kegamaannya, termasuk untuk mempelajari bahasa Arab dan menunaikan ibadah hajinya yang pertama.{{sfn|Tamara, dkk|1983|pp=329}} Ia pergi tanpa pamit kepada ayahnya dan berangkat dengan biaya sendiri.{{sfn|Kenang-kenangan 70 tahun...|1983|pp=98}} Selama di Mekkah, ia menjadi koresponden Harian ''[[Pelita Andalas (surat kabar)|Pelita Andalas]]'' sekaligus bekerja di sebuah perusahaan percetakan milik Tuan Hamid, putra Majid Kurdi, yang merupakan mertua dari [[Ahmad Khatib Al-Minangkabawi]].{{sfn|Hakim|2005|pp=31}}{{sfn|Mohammad|2006|pp=61}} Di tempat ia bekerja itu, ia dapat membaca kitab-kitab klasik, buku-buku, dan buletin Islam dalam bahasa Arab, satu-satunya bahasa asing yang dikuasainya.