James Hal Cone: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Yanu Tri (bicara | kontrib)
Menolak perubahan teks terakhir (oleh 24.40.244.35) dan mengembalikan revisi 5748303 oleh JohnThorne
Baris 41:
Cone mempertanyakan kembali apa artinya keputusan [[Konsili Nicea]] pada tahun 325, yang menyatakan bahwa Kristus adalah sehakikat –homoousios- dengan Bapa dan keputusan [[Konsili Chalcedon]] pada tahun 451, yang menyatakan bahwa kedua kodrat yang ilahi dan manusiawi, tidak terbagi dan terpisah dan tidak tercampur dan tidak berubah.<ref name="hal">{{en}} James Hal Cone. ''God of Oppressed''. 1975. USA: Roermond. Hal. 5.</ref> Apa artinya bagi mereka yang melihat Yesus bukan sebagai suatu gagasan dalam pemikiran, tetapi Yesus yang mereka kenal sebagai juru selamat dan sahabat.<ref name="hal"/> Pokok ini diuraikan oleh Cone dalam bukunya ''The Spirituals and Blues''.
 
[[Berkas:Cicatrices de flagellation sur un esclave.jpg|thumb|left|Peter, seorang budak di MississippiLouisiana, Cone merefleksikan pengalaman budak ini dengan cambukan dipunggungnya layaknya Yesus yang juga dicambuk.]]
 
Menurut dia, lagu Negro Spirituals itu bersifat cerita mengenai daya upaya historis orang kulit hitam untuk memperoleh kebebasan duniawi, dan bukan suatu proyeksi orang Afrika yang tidak mempunyai harapan dan yang telah melupakan “tanah air” mereka, atas dunia lain.<ref name="Wessel">{{id}} Anton Wessel. ''Memandang Yesus''. 2001. Jakarta: BPK Gunung Mulia. Hal. 84-89.</ref> Dalam lagu-lagu “Spirituals” itu Yesus dilihat sebagai Raja yang membebaskan umat manusia dari penderitaan yang tidak adil.<ref name="Wessel"/> Ia penghibur dalam waktu-waktu susah, “bunga bakung yang di lembah” dan bintang terang diwaktu menjelang pagi. “Spirituals” itu tidak mengungkapkan spekulasi teologis.<ref name="Wessel"/> Yesus bukanlah pokok-pokok permasalahan teologis. <ref name="Wessel"/>Ia dilihat dalam kenyataan pengalaman kaum kulit hitam. Spirituals itu berbicara jelas dan tuntas tentang sifat ilahi Yesus. <ref name="Wessel"/>Berbicara mengenai Bapa dan Anak adalah dua cara untuk berbicara tentang kenyataan kehadiran ilahi dalam masyarakat budak.<ref name="Wessel"/> Yang menjadi pusat keberadaan mereka adalah lambang dari penderitaan mereka.<ref name="Wessel"/> Yesus berada di tengahnya, sehingga Ia adalah Sahabat dn Teman sependeritaan dalam perbudakan, “Spirituals” itu tidak hanya berbicara tentang apa yang dilakukan oleh Yesus dan sedang dilakukan bagi orang kulit hitam dalam perbudakan. Ia dianggap sebagai orang yang memegang kunci penghakiman.<ref name="Wessel"/> Yesus adalah Allah sendiri, yang menerobos ke dalam masa lampau historis umat manusia dan mengubahnya sesuai dengan pengharapan ilahi.<ref name="Wessel"/>