Para Martir Tiongkok: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
EmausBot (bicara | kontrib)
k Bot: Migrasi 1 pranala interwiki, karena telah disediakan oleh Wikidata pada item d:Q2668281
Kenrick95Bot (bicara | kontrib)
k Bot: Penggantian teks otomatis (-di tahun +pada tahun)
Baris 69:
14. '''Santo Peter Liu''', seorang [[katekis]] awam berkebangsaan China. Ia ditangkap tahun 1814 dan divonis pembuangan ke Tartar, ia tinggal di sana hampir 20 tahun. Setelah kembali ke tanah airnya, ia kembali ditangkap dan dicekik sampai mati tanggal 17 Mei 1834.
 
15. '''Santo Joachim Ho''', seorang [[katekis]] awam berkebangsaan China. Ia dibaptis saat umur sekitar 20 tahun. Saat pemeriksaan besar-besaran dipada tahun 1814, ia ditangkap bersama banyak umat yang lain dan disiksa. Ia dibuang ke Tartar, tinggal selama hampir 20 tahun, kembali ke tanah airnya dan kembali ditangkap. Setelah menolak untuk mengingkari imannya, ia divonis mati oleh kaisar dengan cara dicekik pada tanggal 9 Juli 1839.
 
16. '''Santo [[Auguste Chapdelaine]]''', [[M.E.P.]], seorang pastur dari ''Diocese of Coutances'' (Gereja Katolik di [[Perancis]]). ia memasuki [[seminari]] ''Paris Foreign Missions Society'' dan berangkat ke China dipada tahun 1852. Ia tiba di [[Guangxi]] pada akhir tahun 1854, ditangkap tahun 1856, disiksa, divonis mati dalam penjara, dan meninggal pada bulan Februari 1856.
 
17. '''Santo Laurence Bai Xiaoman''', seorang umat awam dan pekerja yang sederhana. Ia bergabung dengan Blessed Chapdelaine dalam tempat perlindungan yang diperuntukkan untuk misionaris kemudian keduanya ditangkap bersama. Ia tidak bisa dibujuk untuk mengingkari imannya sehingga akhirnya dipenggal pada tanggal 25 Februari 1856.
Baris 106:
Selama masa ini, beberapa kejadian politik sangat mempengaruhi kehidupan Kristen di China.
 
Bulan Juni 1840, [[Lin Zexu|komisaris kerajaan]] di [[Guangdong]] berkeinginan menghapuskan perdagangan opium yang dilakukan oleh [[Inggris]]; ia menyuruh membuang sebanyak 20.000 peti peti candu ke laut. Hal tersebut memicu [[Perang Candu|perang]] yang dimenangkan oleh Inggris. Setelah perang berakhir, China terpaksan menandatangani [[Perjanjian Nanking|perjanjian modern]] pertama mereka dipada tahun 1842, diikuti perjanjian oleh [[Perancis]] dan [[Amerika Serikat]]. Perancis mengambil kesempatan untuk mengambil alih [[Portugis]] sebagai kekuatan pelindung para misionaris di China. Dua dekrit dikeluarkan: dekrit pertama dipada tahun 1844 menyatakan bahwa masyarakat China diizinkan memeluk [[agama Katolik]]; dekrit kedua dipada tahun 1846 yang menghapuskan keputusan kuno tentang Katolik dan mengembalikan properti yang diambil alih dipada tahun 1724.<ref>David Lindenfeld. Indigenous Encounters with Christian Missionaries in China and West Africa, 1800-1920: A
Comparative Study. Journal of World History, Vol. 16, No. 3 (Sep., 2005), pp. 327-369</ref> Perjanjian tahun 1844 juga menyebutkan bahwa para [[misionaris]] diperbolehkan untuk datang ke China, tetapi hanya pada beberapa kota pelabuhan yang dibuka untuk bangsa Eropa; ketentuan inilah yang menjadi dasar hukum untuk mengeksekusi Augustus Chapdelaine (disebutkan di atas).
 
Baris 253:
 
Diplomat, penduduk, tentara asing, serta beberapa Tionghoa Kristen melarikan diri ke ''Legation Quarter'' dan tinggal selama 55 hari hingga [[Aliansi Delapan Negara]] datang dengan 20.000 tentara untuk memadamkan pemberontakan.<ref name=eva>Eva Jane Price. ''China journal, 1889-1900: an American missionary family during the Boxer Rebellion,'' (1989). ISBN 0-684-19851-8; see Susanna Ashton, "Compound Walls: Eva Jane Price's Letters from a Chinese Mission, 1890-1900." ''Frontiers'' 1996 17(3): 80-94. Issn: 0160-9009 Fulltext: in Jstor</ref> Setelah kegagalan pemberontakan, pemerintah China menyadari bahwa tidak ada jalan lain kecuali melakukan modernisasi, yang akhirnya mengembangkan agama Katolik di China pada tahun-tahun berikutnya. Masyarakat China mulai menaruh hormat kepada para Kristen karena pembangunan sekolah-sekolah serta rumah sakit.<ref>David Lindenfeld. Indigenous Encounters with Christian Missionaries in China and West Africa, 1800-1920: A
Comparative Study. Journal of World History, Vol. 16, No. 3 (Sep., 2005), pp. 327-369</ref> Namun, pengasosiasian [[imperialisme]] barat dengan usaha misionaris tetap memicu kebencian terhadap misi kekristenan di China. Semua misi tersebut akhirnya dilarang oleh penguasa komunis yang baru setelah berakhirnya perang Korea dipada tahun 1950, dan hingga kini tetap bertahan meskipun dianggap melanggar hukum.
 
==Catatan Kaki==