Soeharto: Perbedaan antara revisi

[revisi tidak terperiksa][revisi tidak terperiksa]
Konten dihapus Konten ditambahkan
Surya Halim (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 9:
Soeharto menikah dengan ibu Suhartini "[[Ibu Tien|Tien]]" dan dikaruniai 6 anak, yaitu [[Siti Hardijanti Rukmana]] (Tutut), Sigit Harjojudanto, [[Bambang Trihatmodjo]], Titiek, [[Hutomo Mandala Putra]] (Tommy), dan Mamiek. Nama panggilan beliau adalah "Pak Harto".
 
gantung koruptor
==Latar belakang==
Soeharto lahir di [[Kemusuk]], [[Argomulyo]], [[Yogyakarta]]. Dia bergabung dengan pasukan kolonial [[Belanda]] dan belajar di [[akademi militer]] [[Hindia Belanda]], [[KNIL]]. Selama [[perang dunia II]], dia menjadi komandan [[batalion]] di dalam militer yang disponsori oleh [[Jepang]] yang dikenal sebagai tentara [[PETA]] (pembela tanah air).
 
Setelah proklamasi kemerdekaan oleh [[Soekarno]] pada [[1945]] pasukannya bentrok dengan Belanda dalam rangka mendirikan kembali [[kolonialisme|hukum kolonialisme]]. Dia dikenal luas dalam militer dengan serangan tiba-tibanya yang menguasai [[Yogyakarta]] pada [[1 Maret]] 1949 (lihat [[Serangan Umum 1 Maret]]) hanya dalam satu hari. Namun gerakan ini cenderung ditafsirkan sebagai simbol perjuangan rakyat Indonesia terhadap pasukan Belanda. Penggagas sebenarnya dalam serangan ini adalah [[Sri Sultan Hamengkubuwono IX]], sebagai raja Yogyakarta Gubernur Militer serta Menteri Pertahanan.
 
Di tahun berikutnya dia bekerja sebagai pejabat militer di Divisi Diponegoro [[Jawa Tengah]]. Pada [[1959]] dia dituduh terlibat kasus penyelundupan dan kasusnya hampir dibawa ke pengadilan militer oleh Kolonel [[Ahmad Yani]]. Namun atas saran Jendral [[Gatot Subroto]] saat itu, dia dibebaskan dan dipindahkan dan dipindahkan ke kampus staf komando Angkatan Darat ([[SESKOAD]]) di [[Bandung]], [[Jawa Barat]] meskipun menurut koleganya di SESKOAD, Kolonel [[Hario Kecik]] yang akhirnya menjadi Pangdam Mulawarman, Soeharto mengalami konflik pribadi dengan Kolonel [[D.I. Panjaitan]]. Sebelumnya Letkol Soeharto menjadi komandan penumpasan pemberontakan di [[Makassar]] dibawah Komando Kolonel [[Alex Kawilarang]] dimana Soeharto mengalami konflik pribadi dengan Kawilarang akibat keteledorannya sehingga huru-hara meletus kembali ketika Kawilarang melaporkan situasi Makassar yang dianggap aman kepada Presiden [[Soekarno]] di [[Jakarta]].
Pada [[1962]] dia mencapai jabatan [[mayor jendral]] dan memimpin Komando Mandala yang bertugas membebaskan [[Irian Barat]]. Selama [[konfrontasi Indonesia-Malaysia]], Soeharto adalah seorang komandan [[Kostrad]], yang memiliki keberadaan di [[Jakarta]]. Pada [[1965]], angkatan bersenjata Republik Indonesia, khususnya Angkatan Darat mengalami konflik Internal, terutama akibat politik [[Nasakom]] pada saat itu sehingga digambarkan pecah menjadi dua faksi, satu [[sayap kiri]] dan satu lagi [[sayap kanan]], dengan Soeharto berada di bagian sayap kanan.
 
== Naik ke kekuasaan ==