Anak Agung Pandji Tisna: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 3:
Dalam kedudukannya sebagai raja, pada [[1946]] ia menjadi Ketua Dewan Raja-raja se-Bali (''Paruman Agung'') dan menjadi pemimpin Bali pada saat itu yang setara dengan jabatan gubernur. Anak Agung Pandji Tisna juga unik karena beragama [[Kristen]], di tengah masyarakat Bali yang umumnya beragama [[Hindu]]. Maka ia sendiri menulis bahwa ia beragama Kristen dan tidak mencocoki sebagai raja Buleleng yang masyarakatnya beragama Hindu.
 
Tahun 1947 ia secara sadar turun dari takhta kerajaan. Kedudukan raja dilanjtkandilanjutkan oleh adiknya Anak Agung Ngurah Ketut Djelantik atau I Gusti Ketut Djelantik yang dikenal dengan nama Meester Djelantik sampai penyerahan kedaulatan Belanda kepada Indonesia tahun 1949 dan Anak Agung Ketut Djelantik menjadi raja Buleleng terakhir.
 
Anak Agung Pandji Tisna meninggal dunia 2 Juni 1978 dan dikuburkan dengan upacara agama Kristen di tanah pekuburan pribadinya di atas sebuah bukit di desa Seraya - Kaliasem di debelahsebelah sebuah chapelgereja yang telah lebih dahulu dibangun olehnya.
 
== Pendidikan, menjadi sastrawan ==