Konfusianisme Korea: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
k Bot: Migrasi 7 pranala interwiki, karena telah disediakan oleh Wikidata pada item d:Q1195567 |
k ejaan, replaced: praktek → praktik (3) |
||
Baris 4:
== Konfusianisme pada periode Tiga Kerajaan ==
Paham dan kepercayaan yang pertama kali masuk ke Korea sebelum Konfusianisme adalah [[Budhhisme]], yaitu pada zaman [[Tiga Kerajaan Korea]] (57 SM-935 M). Agama Buddha memengaruhi sistem pendidikan, moral dan politik, dan pada saat yang sama Konfusianisme
Kerajaan [[Goguryeo]] yang paling dekat lokasinya dengan Tiongkok, pertama kali mengadopsi Budaya Tiongkok dan Buddhisme. Konfusianisme pertama kali diterima di Goguryeo, lalu berturut-turut ke [[Baekje]] dan [[Silla]] kemungkinan sejak abad ke-4 Masehi, saat ketiga negara telah mencapai tingkat kematangan.
Baris 23:
Paham Konfusianisme di Joseon diterapkan sangat ketat dengan penggunaan ide dan ideal yang kentara; chung adalah kesetiaan; hyo: rasa persatuan; in: kebajikan dan sin adalah kepercayaan.
Sejak 1392, saat berdirinya Joseon, Konfusianisme dianut secara mendalam oleh kaum bangsawan (yangban) dan para pejabat. Masyarakat Korea sejak lama telah mudah untuk mengikuti ajaran kepercayaan dan memelihara hubungan baik dengan berbagai penganut agama. Keluarga istana adalah penganut Konfusianisme, biksu di sisi Buddhisme yang semakin terdesak, dan rakyat yang
Konfusianisme memainkan peran penting karena diterapkan secara luas pada bidang adminstrasi negara dan peraturan sosial, mengintegrasikan masyarakat yang berbudaya berdasar cara Tiongkok untuk meningkatkan transfer budaya dari negeri tersebut.
Baris 40:
== Konfusianisme dan masyarakat kontemporer ==
Elemen-elemen Konfusianisme masih berpengaruh kuat dalam sistem hirarki, organisasi, dan administrasi hingga saat ini di Korea. Walau begitu, saat ini Konfusianisme tidak lagi dianggap perlu untuk dianut sebagai kepercayaan, karena semakin beragamnya kepercayaan masyarakat Korea. Seorang penganut Konfusianisme seringkali
Orang Korea seringkali disebut sebagai penganut paham Konfusius yang lebih kuat dari orang Tionghoa sendiri. Mereka menyelenggarakan berbagai festival dan hari-hari penting berdasarkan cara Konfusius seperti ulang tahun, upacara akil balik, pernikahan, kematian, peringatan kematian dan sebagainya. Tradisi konfusianisme yang ketat memengaruhi hubungan sosial antar individu di Korea sehingga formalisasi sangat diperlukan bagi interaksi individu yang umurnya berbeda jauh. Contohnya orang Korea jika bertemu tamu, pasti menanyakan usia untuk menciptakan formalisasi jikalau ia lebih tua atau lebih muda. Hubungan antar teman yang sama usia memungkinkan mereka untuk bersikap lebih longgar.
|