Tarakasura: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
EmausBot (bicara | kontrib)
k Bot: Migrasi 5 pranala interwiki, karena telah disediakan oleh Wikidata pada item d:Q2625996
Baris 3:
== Tapasya Taraka ==
 
Taraka bercita-cita menaklukkan para dewa. Untuk mewujudkan cita-citanya, ia melakukan tapa ([[tapasya]]) memuja [[Brahma]]Siwa agar memperoleh kesaktian dan hidup abadi. Taraka memilih gunung Paripatra sebagai lokasi tapanya. Selama beberapa hari, ia melakukan puasa. Beberapa hari kemudian, ia hanya minum dan makan daun-daunan. Setiap hari ia memotong dagingnya sendiri untuk dipersembahkan kepada api sebagai wujud ketaatannya. Tapa yang berat tersebut membuat Dewa BrahmaSiwa terkesan sehingga muncul di hadapan Taraka. Taraka memohon agar BrahmaagarSiwa memberikannya kesaktian serta hidup abadi, namun permohonan untuk hidup abadi ditolak oleh BrahmaSiwa sebab seluruh makhluk hidup wajib mengalami [[kematian]]. Akhirnya Taraka memohon agar ia hanya bisa dibunuh oleh anak yang berumur tujuh tahun. Permohonan tersebut pun dikabulkan oleh BrahmaSiwa.
 
== Perang melawan para dewa ==
Baris 9:
Setelah Taraka sakti, ia mengerahkan tentara raksasa untuk menggempur [[swarga]]loka, kediaman para [[dewa (Hindu)|dewa]]. Angkatan perangnya terdiri dari ribuan [[gajah perang|gajah]], [[kavaleri|kuda]], [[kereta perang|kereta]], dan [[infanteri]]. Ia juga menunjuk para raksasa yang kuat sebagai jendral perangnya, yaitu: Jamba, Kujamba, Mahisa, Kunjara, Mega, Kalanemi, Matana, Sumba, Jambaka, dan Nimi. Semuanya memiliki senjata yang mengerikan. Kekuatan pasukan ini diimbangi dengan pasukan para dewa yang dipimpin oleh [[Yama]], [[Indra]], [[Agni]], [[Baruna]], [[Candra]], dan [[Surya]].
 
Konon perang antara pasukan Taraka melawan pasukan para dewa sangat mengerikan. Banyak pasukan kedua pihak yang gugur. Serangan para dewa pun mengalami kemunduran. Setelah mengetahui bahwa pasukan para dewa dipukul mundur, Dewa [[Wisnu]] turun tangan. Ia membantu pasukan para dewa dan membunuh para jendral pasukan raksasa. Tak lama kemudian, Taraka terjun ke medan pertempuran. Tidak ada yang mampu mengalahkannya, sebab ia memperoleh anugrah istimewa dari BrahmaSiwa. Melihat lawannya tak bisa mati, para dewa memilih untuk mundur dan menghentikan peperangan.
 
== Kematian ==
 
Untuk membunuh Taraka, para dewa meminta bantuan Dewa [[Brahma]]Wisnu. BrahmaWisnu berkata bahwa yang akan membunuh Taraka adalah putra Dewa [[Siwa]]. Pada saat itu, istri Siwa, yaitu [[Daksayani|Sati]] (Daksayani), telah bunuh diri dalam [[yadnya]] dan bereikarnasi menjadi [[Parwati]]. Maka, para dewa pun berusaha membuat Siwa menikah dengan Parwati agar lahir seorang putra yang dapat membunuh Taraka. Setelah Siwa menikah dengan Parwati, lahirlah [[Kartikeya]] alias [[Skanda]]. Kartikeya dianugerahi berbagai senjata oleh para dewa, dan mereka menunjukknya sebagai pemimpin. Akhirnya, para dewa mengumumkan peperangan melawan Taraka. Taraka menyerang Kartikeya dengan berbagai senjata, namun tidak satu pun yang bisa membuat Kartikeya terluka. Pada serangan terakhir, Kartikeya menusuk Taraka dengan tongkatnya. Serangan tersebut mengakhiri riwayat Taraka. Para raksasa pun melarikan diri setelah melihat pemimpinnya gugur.
 
== Pranala luar ==