Nanaet Duabesi, Belu: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 13:
<!--
==Etimologi==
Nanaet melambangkan pria dan Dubesi melambangkan wanita. Berdasarkan istilah ini dapat dipahami bahwa ada kemungkinan terdapat leluhur orang Naitimu dari perkawinan antara leluhur pria yang berasal dari Nanaet dan leluhur wanita yang berasal dari Dubesi. Perkawinan antara Nanaet dan Dubesi melahirkan keturunan orang tetum yang menyebut dirinya Nanaet Dubesi. Karena perkawinan Nanaet-Dubesi menganut paham patriarkat, maka keturunan Nanaet Dubesi lebih cocok disebut dengan nama Nanaet saja.

==Sejarah dan Mitos Tentang Nanaet Dubesi==
Dalam masa kerajaan Naitimu wilayah Nanaet Dubesi merupakan wilayah pusat kerajaan Naitimu. Diceriterakan bahwa pusat kerajaan Naitimu tua merupakan wilayah adat Nanaet dan Dubesi. Di bukit Nanaet terdapat petunjuk adanya aktivitas manusia tempo dahulu hingga saat ini. Ritus tradional di Ksadan Nanaet biasa dilaksanakan di sebuah tempat di bukit Nanaet. Ada banyak suku rumah di Timor Tengah yang mengaku dirinya datang dari Nanaet. Beberapa suku rumahyang berdiam di wilayah Naitimu seperti: Suku Asulaho, suku Lia nain, suku Bere Nahak, suku Umamalae, suku Ekfatu, suku Sose-Halek, dll. Ada kemungkinan kata Nanaet menunjukkan nama tempat asal atau tempat tinggal nenek moyang orang Naitimu selama jangka waktu yang lama bisa benar. Ketika muncul kekristenan dan relasi dengan Belanda, banyak penduduk menyingkir dan mencari daerah baru. Ada yang menyingkir karena terjadi persoalan perebutan kekuasaan dan ketidakpuasan antara kalangan bangsawan sendiri di Nanaet. Misalnya suku Asulaho di Nurobo-Belu yang mengaku berasal dari suku Asulaho Nakreu-Belu. Kedua rumah adat Suku Asulaho (Nurobo dan Nakreu) mengaku bermigrasi keluar dari kawasan Nanaet karena konflik dengan bangsawan Naitimu yang bertindak sewenang-wenang. Menurut kedua rumah adat ini, sesama keturunan raja, tidak boleh saling menindas. Ada banyak ceritera mitis magis seputar Nanaet Dubesi. Misalnya ada mitos tentang danya seekor Naga (Luksaen) penjaga gua pada Ksadan Nanaet. Naga tersebut baru akan memberi jalan kepada pengunjung bila dilakukan ritus pembunuhan ayam jantan merah.
Juga ceritera tentang kepahlawanan rakyat Naitimu tempo dahulu tentang perang melawan pemerintahan kolonial Belanda. Menurut legenda perang Nanaet diceriterakan bahwa rakyat Naitimu berusaha mempertahankan benteng ini mati-matian sebelum direbut oleh kolonial Belanda. Perang Nanaet disebabkan oleh karena banyak beban-beban terhadap rakyat dan ketidakpuasan rakyat termasuk raja Naitimu terhadap perjanjian Plakat Pendek (Korte Verlaring) kolonial Belanda. Dalam legenda perang Nanaet diceriterakan bahwa pasukan Belanda berhasil menguasai pusat pertahanan kerajaan Naitimu itu setelah mengalahkan para panglima perang Naitimu yang bertahan di dalam benteng Nanaet. Pasukan Belanda melakukan isolasi terhadap pasukan Naitimu yang bertahan di dalam benteng Nanaet dengan salah satu cara ialah berusaha untuk menguasai sumber mata air Nanaet. Dengan cara itu mereka berhasil merebut benteng Nanaet namun melalui perlawanan yang gigih dari pasukan Naitimu. Pasukan Naitimu kalah akibat kalah peralatan senjata. Senjata pasukan Naitimu ialah rama (busur), sumpit yang disebut kahuk, surik (pedang), diman (lembing) dan batu-batu besar di Nanaet. Sementara pasukan Belanda menggunakan senjata modern. Nama Nanaet Dubesi juga menjadi nama bagi raja Naitimu. Di Naitimu terdapat istilah Nai faen yakni raja Naitimu yang diangkat oleh bangsawan asli Nanaet untuk menjadi raja Naitimu.Raja-raja faen yang menjadi penguasa Zelbsbestuurder itu misalnya: Don Bisenti da Costa yang merupakan putera raja Lidak, juga raja Fransiskus Manek dan raja Baltasar Th. Siri. Bertitik-tolak dari istilah Nai faen ini, maka ada kemungkinan pemunculan raja yang berasal dari suku Tetum Nanaet yang disebut Naikukun atau penguasa tetum asli Nanaet yang dalam masa pemerintahan Belanda disebut penguasa Volksbestuurder atau penguasa adat. Menurut legenda Lakaan, raja pertama Naitimu ialah Nai Timu Mauk yang berasal dari Lakaaan. Nai Timu Mauk disebut Naitimu menurunkan raja-raja Naitimu. Dewasa ini kecamatan Nanaet terdiri atas beberapa desa. Beberapa desa itu dapat disebutkan dua yakni desa Nanaet dan desa Dubesi.
 
Sumber:
1. Blasius Mengkaka, Halilulik, Naitimu dan Don Bisenti da Costa, dalamDalam Http://www.blogspot.com
2. Blasius Mengkaka, Meneropong Status Halilulik, Ibu Kota Desa Atau Ibu Kota Kecamatan, Dalam Http://www.blasmkm.com {{fact}}-->
{{Kabupaten Belu}}