Bahasa Jawa: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Relly Komaruzaman (bicara | kontrib)
k ←Suntingan 118.97.95.178 (bicara) dibatalkan ke versi terakhir oleh Bennylin
Baris 273:
Bahasa Jawa mengenal ''undhak-undhuk basa'' dan menjadi bagian integral dalam tata krama (etiket) masyarakat Jawa dalam berbahasa. Dialek Surakarta biasanya menjadi rujukan dalam hal ini. Bahasa Jawa bukan satu-satunya bahasa yang mengenal hal ini karena beberapa bahasa Austronesia lain dan bahasa-bahasa Asia Timur seperti bahasa Korea dan bahasa Jepang juga mengenal hal semacam ini. Dalam sosiolinguistik, undhak-undhuk merupakan salah satu bentuk register.
 
Terdapat tiga bentuk utama variasi, yaitu ''[[ngoko]]'' ("kasar"), ''madya'' ("biasa"), dan ''[[krama]]'' ("halus"). Di antara masing-masing bentuk ini terdapat bentuk "penghormatan" (''ngajenakengajengake'', ''honorific'') dan "perendahan" (''ngasorake'', ''humilific''). Seseorang dapat berubah-ubah registernya pada suatu saat tergantung status yang bersangkutan dan lawan bicara. Status bisa ditentukan oleh usia, posisi sosial, atau hal-hal lain. Seorang anak yang bercakap-cakap dengan sebayanya akan berbicara dengan varian ngoko, namun ketika bercakap dengan orang tuanya akan menggunakan krama andhap dan krama inggil. Sistem semacam ini terutama dipakai di Surakarta, Yogyakarta, dan Madiun. Dialek lainnya cenderung kurang memegang erat tata-tertib berbahasa semacam ini.
 
Sebagai tambahan, terdapat bentuk ''bagongan'' dan ''kedhaton'', yang keduanya hanya dipakai sebagai bahasa pengantar di lingkungan keraton. Dengan demikian, dikenal bentuk-bentuk ngoko lugu, ngoko andhap, madhya, madhyantara, krama, krama inggil, bagongan, kedhaton.