Gereja Maronit: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Baris 22:
 
==Sejarah==
{{Eastern Catholicism}}
Para pengikut [[Yesus Kristus]] pertama kali disebut "orang Kristen" di [[Antioch|Antiokhia]] (Kisah Para Rasul 11:26), dan kota itu menjadi pusat agama Kristen - terutama sesudah [[Pengepungan Yerusalem (70)|kehancuran Yerusalem]] pada 70 Masehi. Menurut tradisi Katolik, Uskup Antiokhia pertama adalah [[Santo Petrus]] sebelum perjalanannya ke Roma. Uskup Antiokhia ketiga adalah Sang [[Bapak Apostolik|Bapa Apostolik]] [[Ignatius dari Antiokhia]]. Antiokhia menjadi salah datu dari lima [[patriarkat]] perdana ([[pentarki]]) setelah Agama Kristen diakui oleh [[Konstantinus I|Kaisar Konstantinus]].
 
[[Maron]], seorang [[rahib]] abad ke-14, rekan sezaman dan sahabat [[St. Yohanes Krisostomus]], pindah dari Antiokhia ke [[Sungai Orontes]] untuk menjalani hidup sebagai seorang [[asketisme|pertapa]], meneladani [[Antonius|Antonius Agung]] dari gurun dan [[Pachomius|Pakomius]]. Banyak pengikutnya juga menjalani hidup kebiaraan. Setelah kematian Maron pada 410 Masehi, murid-muridnya mendirikan sebuah biara untuk mengenangnya dan membentuk cikal bakal Gereja Maronit.
 
[[Umat Maronit|Para pengikut Maron]] berpegang teguh pada ajaran [[Konsili Khalsedon|Konsili Kalsedon]] pada 451 Masehi. Ketika kaum [[Monofisitisme|monofisit]] Antiokhia membantai 350 rahit, kaum Maronit mengungsi ke pegunungan Lebanon. Surat- menyurat sehubungan dengan peristiwa tersebut menghasilkan pengakuan kepausan dan ortodoksi atas kaum Maronit, yang dikukuhkan oleh [[Paus Hormisdas]] (514-523 Masehi) pada 10 Februari 518 Masehi. Sebuah biara dibangun di sekitar makam St. Maron sesudah [[Konsili Khalsedon|Konsili Kalsedon]].<ref>Attwater, Donald; The Christian Churches of the East</ref>
 
Keshayidan Patriark Antiokhia pada dasawarsa pertama abad ke-7, baik oleh tangan-tangan serdadu Persia atau pun kaum Yahudi setempat,<ref>[http://www.jstor.org/stable/1454219 J. D. Frendo, "Who killed Anastasius II?" ''Jewish Quarterly Review'' Jilid 72 (1982), 202-4])</ref> membuat kaum Maronit kehilangan pemimpin. Keadaan ini berkepanjangan akibat [[Perang Bizantin–Sassanid pada 602–628]] yang terakhir dan terparah. Seusai perang, Kaisar [[Heraclius]] mengedepankan sebuah doktrin kristologi baru sebagai upaya menyatukan berbagai Gereja Kristen di Timur. Ajaran ini, yakni [[monotelitisme]], dimaksudkan sebagai semacam kompromi antara para pendukung Kalsedon, seperti kaum Maronit, dengan lawan-lawannya, seperti kaum [[Gereja Ortodoks Suryani|Yakobit]]. Ajaran baru ini justru menimbulkan pertentangan yang lebih besar lagi, dan dinyatakan sebagai bidaah oleh [[Konsili Konstantinopel Ketiga|konsili ekumenis ke-6]] pada 680-681. Meskipun demikian, sumber-sumber Yunani dan Arab sezaman mengklaim bahwa kaum Maronit menerima monotelitisme, menolak konsili ke-6 dan terus berpegang pada ajaran sesat itu dan baru melepaskannya pada era perang salib agar tidak dicap sesat oleh para tentara salib. Gereja Maronit moderen menolak anggapan bahwa kaum Maronit pernah menjadi penganut monotelitisme, dan persoalan tersebut masih dipertentangkan sampai hari ini.<ref>[http://books.google.com/books?id=8Ogp94y8CJgC&dq=The+Maronites+in+History&source=gbs_navlinks_s Matti Moosa, The Maronites in History (Syracuse, N.Y.: Syracuse University Press, 1986), 195-216].</ref>
 
Pada 687 Masehi, Kaisar [[Justinian II|Justinianus II]] setuju untuk mengevakuasi ribuan kaum Maronit dari Lebanon untuk ditempatkan di kawasan lain. Timbullah kekacauan dan ketakutan yang mendorong kaum Maronit pada tahun itu juga memilih [[Patriark]] pertama mereka, [[Yohanes Maron]]. Oleh karena itu, ketika Islam mulai tampak di perbatasan [[kerajaan Bizantium|Kekaisaran Bizantium]] dan baris depan yang padu dibutuhkan untk menahan infiltrasi Islam, kaum Maronit justru sibuk mempertahankan kebebasan mereka dari kekuasaan kekaisaran. Keadaan ini dialami pula oleh komunitas-komunitas Kristen dalam Kekaisaran Bizantium dan mempermudah penaklukan kaum Muslim atas belahan Timur dunia Kristen di penghujung abad itu.
 
===Era pemerintahan Muslim===
Setelah tunduk di bawah pemerintahan Arab usai [[penaklukan kaum Muslim atas Suriah]], hubungan baik kaum Maronit dengan Kekaisaran Bizantium mulai pulih. Dewan kekaisaran, belajar dari kesalahan masa lalu, melihat peluang dari situasi tersebut. Karena itu Kaisar Bizantium [[Konstantinus IV]] memberi dukungan langsung kepada kaum Maronit baik dalam bidang gerejawi, politik, dan militer. Persekutuan baru ini segera mengatur serangan-serangan mematikan terhadap bala tentara Muslim, memberi kelegaan yang disambut gembira oleh umat Kristen yang terkepung di seluruh Timur Tengah. Pada masa itu sebagian kaum Maronit dipindahkan ke [[Gunung Lebanon]] dan membentuk beberapa paguyuban yang kemudian dikenal sebagai kaum Marada.
===Era perang salib===
===Era pemerintahan Usmaniyah===
===Era pemerintahan Perancis===
===Era Lebanon merdeka===
 
== Organisasi ==
Kepala Gereja Maronit dalah Patriark Maronit di Antiokhia, yang dipilih oleh para uskup Gereja Maronit dan kini berkedudukan di Bkirki, sebelah utara dari [[Beirut]] (Patriark Maronit berdiam di Utara kota [[Dimane]] selam bulan-bulan musim panas). Patriark saat ini (menjabat sejak tahun [[1986]]) adalah [[Kardinal Mar Nasrallah Boutros Sfeir]]. Pada saat seorang Patriark baru terpilih dan dilantik, dia mengajukan permohonan persekutuan gerejawi kepada [[Paus (Katolik Roma)|Paus]], dan dengan demikian memelihara persekutuan [[Gereja Katolik]]. Para Patriark juga disetarakan dengan Kardinal, pada jenjang Kardinal-Uskup (jenjang tertinggi dalam dewan Kardinal).