Gereja Maronit: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Baris 27:
[[Maron]], seorang [[rahib]] abad ke-14, rekan sezaman sekaligus sahabat [[St. Yohanes Krisostomus]], pindah dari Antiokhia ke [[Sungai Orontes]] untuk menjalani hidup sebagai seorang [[asketisme|pertapa]], meneladani [[Antonius|Antonius Agung]] dari gurun dan [[Pachomius|Pakomius]]. Banyak pengikutnya juga menjalani hidup kebiaraan. Setelah kematian Maron pada 410 Masehi, murid-muridnya mendirikan sebuah biara untuk mengenangnya dan membentuk cikal bakal Gereja Maronit.
[[Umat Maronit|Para pengikut Maron]] berpegang teguh pada ajaran [[Konsili Khalsedon|Konsili Kalsedon]] pada 451 Masehi. Ketika kaum [[Monofisitisme|monofisit]] Antiokhia membantai 350
Keshayidan Patriark Antiokhia pada dasawarsa pertama abad ke-7, baik oleh tangan-tangan serdadu Persia atau pun kaum Yahudi setempat,<ref>[http://www.jstor.org/stable/1454219 J. D. Frendo, "Who killed Anastasius II?" ''Jewish Quarterly Review'' Jilid 72 (1982), 202-4])</ref> membuat kaum Maronit kehilangan pemimpin. Keadaan ini berkepanjangan akibat [[Perang Bizantin–Sassanid pada 602–628]] yang terakhir dan terparah. Seusai perang, Kaisar [[Heraclius]] mengedepankan sebuah doktrin kristologi baru sebagai upaya menyatukan berbagai Gereja Kristen di Timur. Ajaran ini, yakni [[monotelitisme]], dimaksudkan sebagai semacam kompromi antara para pendukung Kalsedon, seperti kaum Maronit, dengan lawan-lawannya, seperti kaum [[Gereja Ortodoks Suryani|Yakobit]]. Ajaran baru ini justru menimbulkan pertentangan yang lebih besar lagi, dan dinyatakan sebagai bidaah oleh [[Konsili Konstantinopel Ketiga|konsili ekumenis ke-6]] pada 680-681. Meskipun demikian, sumber-sumber Yunani dan Arab sezaman mengklaim bahwa kaum Maronit menerima monotelitisme, menolak konsili ke-6 dan terus berpegang pada ajaran sesat itu dan baru melepaskannya pada era perang salib agar tidak dicap sesat oleh para tentara salib. Gereja Maronit moderen menolak anggapan bahwa kaum Maronit pernah menjadi penganut monotelitisme, dan persoalan tersebut masih dipertentangkan sampai hari ini.<ref>[http://books.google.com/books?id=8Ogp94y8CJgC&dq=The+Maronites+in+History&source=gbs_navlinks_s Matti Moosa, The Maronites in History (Syracuse, N.Y.: Syracuse University Press, 1986), 195-216].</ref>
|