NAMRU-2: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Serenity (bicara | kontrib)
Serenity (bicara | kontrib)
haaa bego bego bego
Baris 54:
NAMRU-2 Jakarta menempati lokasi sebesar 5.670 meter persegi yang terdiri dari laboratorium, kantor, dan tempat penyimpanan yang berada di tiga gedung yang berbeda yang terdapat di kompleks Kementrian Kesehatan Indonesia (Badan LITBANGKES).<ref name=NMRC/> Fasilitas ini juga dilengkapi dengan fasilitas penyimpanan binatang yang telah diakreditasi oleh Asosiasi Akreditasi AS Untuk Perawatan Hewan Laboratorium - ''American Association for the Accreditation of Laboratory Animal Care'' (AAALAC).<ref name=NMRC/> Didalamnya juga termasuk 220 meter persegi laboratorium BL3 yang dipindahkan dari lokasi sebelumnya di Korea.<ref name=NMRC/> Selain fasilitas yang berada di Jakarta, fasilitas lain yang cukup modern dan lengkap adalah fasilitas riset seluas 418 meter persegi yang terdapat di Jayapura, Irian Jaya. Staf NAMRU-2 terdiri dari 175 pegawai Indonesia dan 19 pegawai A.S.<ref name=USEmbJak/>
 
Pada tahun 2001 sebuah buku berjudul Evaluasi Program: Perspektif Departemen Pertahanan Amerika Serikat akan Munculnya Sistem Penanggulangan dan Pengawasan Penyakit Menular Global (''Perspectives on the Department of Defense Global Emerging Infections Surveillance and Response System : a program review'') diterbitkan di Washington DC, AS.<ref name=DoD>{{en}} [http://www.worldcat.org/title/perspectives-on-the-department-of-defense-global-emerging-infections-surveillance-and-response-system-a-program-review/oclc/475268425 Perspectives on the Department of Defense Global Emerging Infections Surveillance and Response System : a program review. Philip S Brachman; Heather O'Maonaigh; Richard N Miller; ebrary, Inc. Publisher: Washington, D.C. : National Academy Press, 2001. ISBN 0309076358 9780309076357]</ref> Buku ini mengulas banyak program yang dilakukan NAMRU-2 di Indonesia termasuk kerjasamanya dengan WHO.<ref name=DoD/> Diantaranya upaya pengawasan penyakit influenza di Indonesia lemah karena banyak penolakan dalam teknik pengambilan sampel spesimen nasopharyngeal, sehingga hasil akan lebih baik apabila sampel ini dilakukan di tingkat internasional.<ref name=DoD/> Hasil evaluasi juga menyatakan sampel yang dikirim ke beberapa tempat, termasuk Australia, memiliki tingkat komunikasi yang lemah untuk pelaporan kembali.<ref name=DoD/> Pengawasan penyakit Tuberkolosis (TB) di Indonesia juga lemah, banyak kasus TB tidak terdiagnosa diseluruh pelosok negeri. Laboratorium di Indonesia tidak dilengkapi dengan kemampuan diagnosa dan monitor resistensi kuman terhadap obat yang diberikan, sehingga mengancam populasi warga negara AS yang tinggal di Indonesia <ref name=DoD/> Kasus HIV mulai muncul dan dikhawatirkan apabila virus HIV mulai berjalin dengan kuman TB maka kasus TB akan meningkat secara drastis.<ref name=DoD/> NAMRU-2 juga mendapatkan tantangan sumber daya dengan adanya permintaan pelatihan pelatihan dari Kementrian Kesehatan untuk berbagai hal.<ref name=DoD/> Diantara lain penelitian yang diminta untuk dilakukan di Perguruan Tinggi di Indonesia, namun masalahnya hasil penelitian Perguruan Tinggi tidak memiliki saluran langsung yang bisa berdampak pada penanggulangan kesehatan di Indonesia.<ref name=DoD/>
 
====Kontroversi menyusul penutupan NAMRU-2====